Oleh : pak
Agus Balung
Dalam
tulisan saya terdahulu dalam blog ini juga yang berjudul Beda Thariqah dan Ilmu Hikmah
sudah saya sebutkan, bahwa menurut
kacamata thariqah, ilmu Hikmah itu bisa menjadi hijab bagi para penempuh jalan
sufi. Mengapa demikian, karena kalau kita berdzikir pada Allah agar supaya dapat
rizqi yang banyak, maka tujuan berdzikir itu tidak lillahi ta’allah, karena tujuan
kita adalah agar supaya mendapatkan rizqi yang banyak, nah, ketika kita
terbayang akan rizqi yang banyak, maka kita akan kehilangan Allah, ya kan ?
Nah, untuk
memperkuat tulisan saya tersebut diatas, maka berikut ini saya sajikan tulisan
dari Saudara saya Sun go kong, yang diposting dalam sebuah kolom comment
tanggal 19 Oktober 2012, oleh Rishang Mukthi, berikut ini tulisannya :
Suatu ketika saya membaca sebuah koment, yang isinya : “Saya sudah lama mencoba mengamalkan amalan tersebut, tapi koq gak ada hasilnya, ya ?”
Dan mungkin masih banyak lagi pertanyaan yang senada, apa kurang khusyuk, atau bagaimana, dan sebagainya, dan sebagainya
Disini Saya (penulis ini), akan menceritakan pengalaman pengalaman saya, tanpa bermaksud ujub. Yang sedikit banyak sudah saya ceritakan di posting Pengalaman mistis.
Banyak dari kita mengamalkan suatu amalan, dzikir, mantra, hanya untuk semata mata mengejar hikmah saja. Dengan amalan ini maka kita akan bisa begini, bisa begitu, dan seterusnya dan seterusnya.
Dulu sayapun begitu, saya ingin punya kemampuan ini itu, bisa begini bisa begitu, yah, bisa sakti lah, bisa tampil beda dibanding dengan orang kebanyakan lainnya. Tetapi ternyata apa yang saya dapat ? Semakin dikejar, semakin menjauh. Semakin besar keinginan kita untuk memetik sesuatu, justeru semakin dalam kekecewaan yang didapat.
Sehingga
sampai pada puncaknya, saya berkata dalam hati : “Persetan dengan ilmu ilmu itu…!!”. Lalu sayapun bertekad dalam hati, dzikir, cuma
dzikir, yang penting dzikir, titik.
Tidak ada lagi mau begini, mau begitu, hanya dzikir.
Pada titik inilah, justeru terjadi perubahan dalam diri saya. Saya mulai mendapatkan hikmah atas dzikir saya. Saya mulai bisa melihat alam ghaib, ini awal hikmah yang saya dapatkan. Ketika saya tanyakan pada guru, beliau hanya tersenyum, dan berkata : “Nak, itulah ikhlas”
Pada titik inilah, justeru terjadi perubahan dalam diri saya. Saya mulai mendapatkan hikmah atas dzikir saya. Saya mulai bisa melihat alam ghaib, ini awal hikmah yang saya dapatkan. Ketika saya tanyakan pada guru, beliau hanya tersenyum, dan berkata : “Nak, itulah ikhlas”
Subhanallah,
Ikhlas,
satu kata yang sederhana, mudah diucap, ternyata sulit dikerjakan. Lalu kata
guru saya selanjutnya : “Itulah buah yang kamu dapatkan, terawangan, itu hanya
sekedar buahnya. Nah, satu pelajaran
yang telah kamu dapat, yaitu keikhlasan.” Saat
itu, saya begitu takjubnya dengan perkataan beliau, begitu indah ditelinga,
begitu berharga pelajaran yang saya dapatkan.
Suatu
ketika, guru kedatangan seorang tamu yang minta tolong, bapaknya, yang seorang
pejabat, terkena guna guna hingga lumpuh dalam hitungan 3 hari. Gurupun
menyuruh saya untuk berangkat kerumah orang yang sakit itu. Sayapun patuh pada
guru, berngkatlah saya, padahal hikmah yang saya dapatkan Cuma baru bisa
melihat yang ghoib saja, tidak lebih. Sebelum berangkat saya dipanggil guru ke
musholahnya. Beliau berkata : “ Nak, berangkatlah kamu kesana, tapi ingat,
kalau kamu mengandalkan ilmu kamu, mengandalkan dzikir kamu, saya pastikan 90 %
kamu akan mati. Tapi kamu harus berangkat, dan ingat lagi, saya tidak akan
menolongmu. Kalau kamu tidak mau berangkat,
maka saya yang akan membunuhmu”
Mendengar perkataan guru, berbagai macam perasaan campur aduk jadi satu, dalam hati saya berkata : “Guru koq kejam amat sih, menyesal saya berada disini, berguru padanya.”
Mendengar perkataan guru, berbagai macam perasaan campur aduk jadi satu, dalam hati saya berkata : “Guru koq kejam amat sih, menyesal saya berada disini, berguru padanya.”
Dengan
perasaan yang tidak menentu saya terpaksa berangkat ketempat orang yang sakit.
Berada ditempat orang yang sakit saya cuma bingung dan bingung dengan berbagai
pertanyaan yang dilontarkan oleh keluarga pasien, dan oleh hal hal lainnya.
Hari pertama dan kedua tidak terjadi apa apa, disitu saya cuma berdzikir dan
dzikir mohon pertolongan Allah. Pada hari ketiga, saat saya shalat dhuhur, saya
merasa dibelakang saya ada sesuatu yang mengamati saya, dan memang benar.
Begitu selesai shalat saya melihat ada satu makhluk yang luar biasa besarnya,
saya hanya sebesar jempol kakinya, dia memandang saya dengan marah. Tiba tiba
makhluk itu menggenggam tubuh saya, hingga saya tak bisa bernapas, sakit
seluruh tubuh saya, begitu takutnya saya, apakah saya akan mati ?
Saya mencoba menerapkan dzikir saya, tapi anehnya makhluk itu malah tertawa dan berkata : “Apa yang kamu baca, aku sudah amalkan ratusan tahun, percuma !”
Hati dan pikiran saya jadi gelap mendengar perkataan makhluk itu, kalau sudah demikian adanya saya harus bagaimana lagi, apa yang harus saya perbuat, kenapa guru tidak mau menolong saya, mengapa guru menginginkan saya mati. Berbagai pertanyaan muncul dalam hati saya.
Saya mencoba menerapkan dzikir saya, tapi anehnya makhluk itu malah tertawa dan berkata : “Apa yang kamu baca, aku sudah amalkan ratusan tahun, percuma !”
Hati dan pikiran saya jadi gelap mendengar perkataan makhluk itu, kalau sudah demikian adanya saya harus bagaimana lagi, apa yang harus saya perbuat, kenapa guru tidak mau menolong saya, mengapa guru menginginkan saya mati. Berbagai pertanyaan muncul dalam hati saya.
Sampai pada titik klimaks ketakutan saya, saya bersumpah serapah pada mkhluk itu : “Ayo bunuh aku ! semua orang pasti mati, sekarang mati besok juga mati, ayo cepat bunuh aku !!”
Tapi anehnya, makhluk itu malah melepaskan saya, dan menjauh, dari wajahnya terpancar ketakutan yang amat sangat. Sayapun heran kenapa ini bisa terjadi. Saya sudah tidak takut lagi pada makhluk itu, saya tidak takut mati, sayapun menemukan pencerahan. Inilah yang ditakutkan oleh makhluk itu, ketika rasa takut saya hilang, berganti dengan rasa pasrah pada dzat yang Maha Kuasa, shalatku, hidup dan matiku hanya untuk Allah semata, oleh karena itu terserah Allah kapan mau mengambil aku, kapan saja. Itulah kuncinya. Kemudian saya mencoba membaca Basmallah dengan komposisi batin pasrah, melepas semua ‘ke-egoan’ diri. Dan, apa yang terjadi, tiba tiba makhluk itu lebur menjadi abu, Subhanallah. Saya tertegun bingung tidak mengerti mengapa ini bisa terjadi, sampai keluarga yang sakit memanggil manggil saya, mereka berkata bapak sembuh dengan tiba tiba. Allahu Akbar, hanya itu kata yang terucap dari bibir saya.
Hari itu juga saya pulang ketempat guru, sampai disana, kembali guru tersenyum : “Bagaimana nak, apakah kamu mati ?”
Saya ceritakan kembali pada guru apa yang saya alami di rumah pasien dengan detail tak kurang satupun.
Lalu kata beliau : “Satu lagi buah yang kamu dapatkan dari ikhlas dan pasrah. Hanya itu yang bisa kita lakukan sebagai seorang hamba Allah. Kita pasrahkan hidup kita pada yang memberi hidup. Dan satu hal lagi, yaitu sikap penghambaan kita pada Allah, lepaskan sifat ke-egoan kita, karena sesungguhnya kita ini tidak mempunyai daya apa apa.
Semoga
yang sedikit ini membawa manfaat pada kita semua, bahwa sikap yang ikhlas
dan pasrah hanya untuk Allah semata akan berbuah sesuatu yang sama
sekali tak terduga, kalaupun toh karena hikmah kita kebetulan dikaruniai oleh
Allah sesuatu yang lebih dari orang kebanyakan, maka ingatlah sesungguhnya kita
ini dihadapan Allah makhluk yang lemah dan tidak mempunyai daya, kecuali atas
kehendakNya.
(Sumber : Sun go kong, posting by Rishang Mukhti, tgl.19 Oktober 2012)
(Sumber : Sun go kong, posting by Rishang Mukhti, tgl.19 Oktober 2012)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar