As Syifa' Nur Alif
Suatu upaya untuk menumbuh suburkan iman & taqwa kita semua......insya Allah
Selasa, 19 Desember 2017
Sabtu, 21 Mei 2016
ADA APA DENGAN NISFU SYA'BAN ...?
ADA
APA DENGAN NISFU SYA’BAN…?
Oleh
: pak Agus Balung
Bulan
Sya'ban yang dalam masyarakat Jawa disebut juga dengan bulan
"Ruwah". Bulan ini dikenal sebagai bulan yang penuh
keistimewaan dan keutamaan. Bulan Sya'ban seringkali dilupakan orang, karena
terletak di antara dua bulan yang mulia yaitu bulan Rajab yang merupakan salah
satu dari bulan mulia, dan bolan Ramadhan yang merupakan bulan yang tidak perlu
kita ragukan lagi kemuliaannya.
Didalam masyarakat terdapat beberapa
hadis yang menunjukkan keutamaan nisfu
syaban. Ada yang shahih, ada yang dhaif, bahkan ada pula yang palsu.
Berikut ini beberapa hadis tentang nisfu syaban yang
masyhur di masyarakat.
Pertama,
إِذَا كَانَتْ لَيْلَةُ مِنْ
شَعْبَانَ فَقُوْمُوْا لَيْلَهَا وَصُوْمُوْا نَهَارَهَا فَإِنَّ اللهَ يَنْزِلُ
فِيْهَا لِغُرُوْبِ الشَّمْسِ إِلَى سَمَاءِ الدُّنْيَا فَيَقُوْلُ أَلاَ مِنْ
مُسْتَغْفِرٍ لِيْ فَأَغْفِرَ لَهُ أَلاَ مُسْتَرْزِقٌ فَأَرْزُقَهُ أَلاَ
مُبْتَلًى فَأُعَافِيَهُ أَلاَ كَذَا أَلاَ كَذَا حَتَّى يَطْلُعَ الْفَجْرُ
“Jika datang malam pertengahan bulan Sya’ban, maka
lakukanlah qiyamul lail, dan berpuasalah di siang harinya, karena Allah turun
ke langit dunia saat itu pada waktu matahari tenggelam, lalu Allah berfirman,
‘Adakah orang yang minta ampun kepada-Ku, maka Aku akan ampuni dia. Adakah orang
yang meminta rezeki kepada-Ku, maka Aku akan memberi rezeki kepadanya. Adakah
orang yang diuji, maka Aku akan selamatkan dia, dst…?’ (Allah berfirman tentang hal ini) sampai
terbit fajar.” (HR. Ibnu Majah, 1/421; HR. al-Baihaqi dalam
Su’abul Iman, 3/378)
Keterangan:
Hadits di atas diriwayatkan dari
jalur Ibnu Abi Sabrah, dari Ibrahim bin Muhammad, dari Mu’awiyah bin Abdillah
bin Ja’far, dari ayahnya, dari Ali bin Abi Thalib, secara marfu’ (sampai kepada
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam).
Hadits dengan redaksi di atas adalah
hadits maudhu’ (palsu), karena perawi bernama Ibnu Abi Sabrah statusnya
muttaham bil kadzib (tertuduh berdusta), sebagaimana keterangan Ibnu Hajar
dalam At-Taqrib. Imam Ahmad dan gurunya (Ibnu Ma’in) berkomentar tentang Ibnu
Abi Sabrah, “Dia adalah perawi yang memalsukan hadits.”[ Lihat Silsilah
Dha’ifah, no. 2132]
Kedua,
Riwayat dari A’isyah, bahwa beliau
menuturkan:
فقدت النبي صلى الله عليه وسلم فخرجت
فإذا هو بالبقيع رافعا رأسه إلى السماء فقال: “أكنت تخافين أن يحيف الله عليك
ورسوله” فقلت يا رسول الله ظننت أنك أتيت بعض نسائك فقال: ” إن الله تبارك وتعالى
ينزل ليلة النصف من شعبان إلى السماء الدنيا فيغفر لأكثر من عدد شعر غنم كلب
Aku pernah kehilangan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Kemudian aku keluar, ternyata
beliau di Baqi, sambil menengadahkan wajah ke langit. Nabi bertanya; “Kamu khawatir Allah dan Rasul-Nya akan
menipumu?” (maksudnya, Nabi shallallahu
‘alaihi wa sallam tidak memberi jatah Aisyah). Aisyah mengatakan: Wahai
Rasulullah, saya hanya menyangka anda mendatangi istri yang lain. Kemudian Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda: “Sesungguhnya
Allah turun ke langit dunia pada malam nisfu syaban, kemudian Dia mengampuni
lebih dari jumlah bulu domba bani kalb.”
Keterangan:
Hadis ini diriwayatkan At-Turmudzi,
Ibn Majah dari jalur Hajjaj bin Arthah dari Yahya bin Abi Katsir dari Urwah bin
Zubair dari Aisyah. At-Turmudzi menegaskan: “Saya pernah mendengar Imam Bukhari
mendhaifkan hadis ini.” Lebih lanjut, imam Bukhari menerangkan: “Yahya tidak
mendengar dari Urwah, sementara Hajaj tidak mendengar dari Yahya.” (Asna
Al-Mathalib, 1/84).
Ibnul Jauzi mengutip perkataan
Ad-Daruquthni tentang hadis ini:
“Diriwayatkan dari berbagai jalur,
dan sanadnya goncang, tidak kuat.” (Al-Ilal Al-Mutanahiyah,
3/556).
Akan tetapi hadis ini dishahihkan Al-Albani, karena kelemahan dalam hadis ini bukanlah kelemahan yang parah, sementara hadis ini memiliki banyak jalur, sehingga bisa terangkat menjadi shahih dan diterima. (lihat Silsilah Ahadits Dhaifah, 3/138).
Akan tetapi hadis ini dishahihkan Al-Albani, karena kelemahan dalam hadis ini bukanlah kelemahan yang parah, sementara hadis ini memiliki banyak jalur, sehingga bisa terangkat menjadi shahih dan diterima. (lihat Silsilah Ahadits Dhaifah, 3/138).
Ketiga,
Hadis dari Abu Musa Al-Asy’ari,
bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان
فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban.
Maka Dia mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang
bermusuhan.”
Keterangan:
Hadis ini memiliki banyak jalur,
diriwayatkan dari beberapa sahabat, diantaranya Abu Musa, Muadz bin Jabal, Abu
Tsa’labah Al-Khusyani, Abu Hurairah, dan Abdullah bin Amr radhiyallahu
‘anhum. Hadis dishahihkan oleh Imam Al-Albani dan dimasukkan dalam Silsilah
Ahadits Shahihah, no. 1144. Beliau menilai hadis ini sebagai hadis shahih,
karena memiliki banyak jalur dan satu sama saling menguatkan. Meskipun ada juga
ulama yang menilai hadis ini sebagai hadis lemah, dan bahkan mereka
menyimpulkan semua hadis yang menyebutkan tentang keutamaan nisfu syaban
sebagai hadis dhaif.
Sikap
ulama terkait nisfu syaban
Berangkat dari perselisihan mereka
dalam menilai status keshahihan hadis, para ulama berselisish pendapat tentang
keutamaan malam nisfu Syaban. Setidaknya, ada dua pendapat yang saling
bertolak belakang dalam masalah ini. Berikut ini rinciannya:
Pendapat pertama : Tidak ada keutamaan khusus untuk malam
nishfu Sya’ban.
Statusnya sama dengan malam-malam
biasa lainnya. Mereka menyatakan bahwa semua dalil yang menyebutkan keutamaan
malam nishfu Sya’ban adalah hadis lemah. Al-Hafizh Abu Syamah mengatakan, “Al-Hafizh
Abul Khithab bin Dihyah, dalam kitabnya tentang bulan Sya’ban, mengatakan,
‘Para ulama ahli hadis dan kritik perawi mengatakan, ‘Tidak terdapat satu pun
hadis sahih yang menyebutkan keutamaan malam nishfu Sya’ban.”” (Al-Ba’its
‘ala Inkaril Bida’, hlm. 33)
Dalam nukilan yang lain, Ibnu Dihyah
mengatakan:
لم يصح في ليلة نصف من شعبان شيء ولا
نطق بالصلاة فيها ذو صدق من الرواة وما أحدثه إلا متلاعب بالشريعة المحمدية راغب
في زي المجوسية
“Tidak ada satupun riwayat yang shahih tentang malam nisfu
syaban, dan para perowi yang jujur tidak menyampaikan adanya shalat khusus di
malam ini. Sementara yang terjadi di masyarakat berasal dari mereka yang suka
mempermainkan syariat Muhammad yang masih mencintai kebiasaan orang majusi. (baca: Syiah). (Asna Al-Mathalib, 1/84)
Hal yang sama juga dinyatakan oleh
Syekh Abdul Aziz bin Baz. Beliau mengingkari adanya keutamaan malam nishfu
Sya’ban. Beliau mengatakan, “Terdapat beberapa hadis dhaif tentang
keutamaan malam nishfu Sya’ban, yang tidak boleh dijadikan landasan. Adapun
hadis yang menyebutkan keutamaan shalat di malam nishfu Sya’ban, semuanya
statusnya palsu, sebagaimana keterangan para ulama (pakar hadis).” (At-Tahdzir
min Al-Bida’, hlm. 11)
Pendapat kedua: Ada keutamaan
khusus untuk malam nishfu Sya’ban.
Para ulama yang menilai shahih
beberapa dalil tentang keutamaan nisfu syaban, mereka mengimaninya dan
menegaskan adanya keutamaan malam tersebut. Diantara hadis pokok yang mereka
jadikan landasan adalah hadis dari Abu Musa Al-Asy’ari;
إن الله ليطلع ليلة النصف من شعبان
فيغفر لجميع خلقه إلا لمشرك أو مشاحن
“Sesungguhnya Allah melihat pada malam pertengahan Sya’ban. Maka Dia
mengampuni semua makhluknya, kecuali orang musyrik dan orang yang bermusuhan.” (H.R. Ibnu Majah
dan Ath-Thabrani; dinilai sahih oleh Al-Albani)
Diantara jajaran ulama ahlus
sunah yang memegang pendapat ini adalah ahli hadis abad ini, Imam Muhammad
Nasiruddin Al-Albani. Bahkan beliau menganggap sikap sebagian orang yang
menolak semua hadis tentang malam nisfu syaban termasuk tindakan yang gegabah.
Setelah menyebutkan salah satu hadis tentang keutamaan malam nisfu syaban,
Syaikh Al-Albani mengatakan:
فما نقله الشيخ القاسمي رحمه الله
تعالى في ” إصلاح المساجد ” (ص 107) عن أهل التعديل والتجريح أنه ليس في فضل ليلة
النصف من شعبان حديث صحيح، فليس مما ينبغي الاعتماد عليه، ولئن كان أحد منهم أطلق
مثل هذا القول فإنما أوتي من قبل التسرع وعدم وسع الجهد لتتبع الطرق على هذا النحو
الذي بين يديك. والله تعالى هو الموفق
Keterangan yang dinukil oleh Syekh
Al-Qosimi –rahimahullah– dalam buku beliau; ‘Ishlah Al-Masajid’
dari beberapa ulama ahli hadis, bahwa tidak ada satupun hadis shahih tentang
keutamaan malam nisfu syaban, termasuk keterangan yang tidak layak untuk
dijadikan sandaran. Sementara, sikap sebagian ulama yang menegaskan tidak ada
keutamaan malam nisfu syaban secara mutlak, sesungguhnya dilakukan karena
terlalu terburu-buru dan tidak berusaha mencurahkan kemampuan untuk meneliti
semua jalur untuk riwayat ini, sebagaimana yang ada di hadapan anda. Dan
hanyalah Allah yang memberi taufiq. (Silsilah Ahadits Shahihah, 3/139)
Setelah menyebutkan beberapa waktu
yang utama, Syekhul Islam mengatakan, “… Pendapat yang dipegang mayoritas ulama
dan kebanyakan ulama dalam Mazhab Hanbali adalah meyakini adanya keutamaan
malam nishfu Sya’ban. Ini juga sesuai keterangan Imam Ahmad. Mengingat adanya
banyak hadis yang terkait masalah ini, serta dibenarkan oleh berbagai riwayat
dari para shahabat dan tabi’in ….” (Majmu’ Fatawa, 23/123)
Ibnu Rajab mengatakan, “Terkait
malam nishfu Sya’ban, dahulu para tabi’in penduduk Syam, seperti Khalid
bin Ma’dan, Mak-hul, Luqman bin Amir, dan beberapa tabi’in lainnya
memuliakannya dan bersungguh-sungguh dalam beribadah di malam itu ….” (Lathaiful
Ma’arif, hlm. 247)
Kesimpulan :
Dari keterangan-keterangan di atas,
ada beberapa hal yang dapat disimpulkan:
Pertama,
Malam nishfu syaban termasuk malam
yang memiliki keutamaan. Hal ini berdasarkan hadis, sebagaimana yang telah
disebutkan. Meskipun sebagian ulama menyebut hadis ini hadis yang dhaif, namun,
insya Allah yang lebih kuat adalah penilaian Syekh Al-Albani, yaitu bahwa hadis
tersebut berstatus sahih.
Kedua,
Belum ditemukan satu pun riwayat
yang shahih, yang menganjurkan amalan khusus maupun ibadah tertentu ketika
nishfu Syaban, baik berupa puasa atau shalat. Hadis shahih tentang malam nisfu
syaban hanya menunjukkan bahwa Allah mengampuni semua hamba-Nya di malam nishfu
sya’ban, tanpa dikaitkan dengan amal tertentu. Karena itu, praktek sebagian
kaum muslimin yang melakukan shalat khusus di malam itu dan dianggap sebagai
shalat malam nisfu syaban adalah anggapan yang tidak benar.
Ketiga,
Ulama berselisih pendapat tentang
apakah dianjurkan menghidupkan malam nishfu Sya’ban dengan banyak
beribadah. Sebagian ulama menganjurkan, seperti sikap
beberapa ulama tabi’in yang bersungguh-sungguh dalam ibadah. Sebagian yang lain
menganggap bahwa mengkhususkan malam nishfu Sya’ban untuk beribadah adalah
bid’ah.
Keempat,
Ulama yang memperbolehkan
memperbanyak amal di malam nishfu Sya’ban menegaskan bahwa tidak boleh
mengadakan acara khusus, atau ibadah tertentu, baik secara berjamaah maupun
sendiri-sendiri, di malam nisfu syaban, karena tidak ada amalan sunah khusus di
malam nishfu Sya’ban. Untuk itu, menurut pendapat ini, seseorang diperbolehkan
memperbanyak ibadah secara mutlak, apa pun bentuk ibadah tersebut.
Wallahu a’lam
Sumber : Seputar Nifsu Sya’ban, karya
Ustadz Ammi Nur Baits
Jumat, 13 Mei 2016
KEAJAIBAN LEBAH
KEAJAIBAN LEBAH
Oleh : pak
Agus Balung
Lebah, serangga kecil yang biasa
beterbangan di sekitar kita ini memang memiliki banyak keistimewaan, hingga Rasulullah
SAW mengibaratkan orang Mukmin dengan serangga yang dalam bahasa Arabnya biasa
disebut nahlah ini sebagaimana tersebut dibawah ini.
Rasulullah ’Shalalllahu alaihi wa
sallam (SAW) bersabda, “Perumpamaan orang Mukmin seperti lebah. Jika ia makan, maka ia memakan apa-apa yang baik,
jika ia mengeluarkan juga sesuatu
yang baik, jika ia hinggap
di dahan ia tidak mematahkannya.” (HR. Ahmad).
Adanya perumpamaan tersebut, karena
lebah memiliki beberapa sifat istimewa.
Di antara sifat itu adalah, lebah selalu mengambil nutrisi dari
bahan-bahan yang baik, yakni dari serbuk sari berbagai macam bunga, tidak
mengambil makanan dari yang lainnya, lebih-lebih dari benda-benda kotor.
Demikian pula lebah tidak mengeluarkan sesuatu kecuali hal yang baik, yakni madu
yang tidak diragukan lagi manfaatnya. Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT)
telah menegaskan dalam surat An Nahl ayat 69 bahwa cairan manis itu merupakan
obat.
Bukan hanya madu, Imam Al Ghazali
menyebutkan bahwa lebah juga menghasilkan lilin, yang bisa bermanfaat bagi
manusia untuk dijadikan sumber penerangan. (Tafsir Al Qasimi, 10/3829).
Demikian pula dalam melakukan proses
produksi ”hal yang baik” itu dilakukan dengan cara yang baik pula, yakni tidak
dengan merusak bunga dan dahan yang dihinggapi. Lebih dari itu,
tumbuhan-tumbuhan malah diuntungkan dengan hinggapnya lebah di dahan atau
bunganya, karena bisa membantu proses penyerbukan.
Sifat positif lebah lainnya,
kehidupan mereka berjamaah. Satu koloni lebah bisa mencapai 50 ribu ekor.
Mereka terdiri dari lebah ratu, pejantan dan lebah pekerja. Semuanya bekerja
sama dengan menjalankan fungsinya masing-masing. Al Ghazali juga menyebutkan
bahwa lebah juga membersihkan sarang dari kotoran penghuninya, yang dilakukan
selama musim semi dan gugur.
Lebah, meskipun memiliki sengat
(senjata yang amat berbahaya), akan tetapi hal itu tidak membahayakan
kawanannya, malah berguna untuk melindungi bangsanya dari serangan pihak lain.
Al Jauhari menyebutkan sifat
istimewa lebah lainnya, yakni adanya konsistensi dalam membangun kamar-kamar di
dalam sarangnya. Kamar-kamar itu berbentuk segi enam, sehingga tidak ada rongga
yang ”terbuang”. (Tafsir Al Maraghi, 13/103). Ini menunjukkan bahwa serangga
membangun tempat tinggalnya dengan amat efisien.
Demikianlah sebagian sifat-sifat
lebah yang mestinya juga ada pada diri mereka yang mengaku beriman.
Allahu’alam bishawab.
Minggu, 14 Februari 2016
HISTORITICAL OF VALENTINE's DAY
(Oleh : Pak
Agus Balung)
Mungkin selama ini
anak anak muda merayakan hari Valentine
tanpa mengetahui darimana datangnya tradisi tersebut dan apa makna yang
sesungguhnya. Yang kita tahu selama
ini dari hari Valentine, hanyalah hari yang penuh kasih sayang dan
juga hari dimana ketika orang saling bertukar kado atau sekedar memberikan
Cokelat. Bahkan ada juga yang beranggapan bahwa hari Valentine adalah hari yang
dominan dalam mencari pasangan ataupun sekedar berkencan mesra dengan pasangan.
Oleh karena itu kita coba untuk menguak asal-usul sejarah Hari Valentine, dengan harapan supaya kita semua bisa lebih cerdas dalam merayakan suatu acara. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa mengetahui arti penting dari tradisi perayaan hari tersebut. Berikut adalah beberapa penggal riwayat atau sejarah Valentine yang mungkin dapat membantu kita dalam mengenal asal-muasal perayaan hari tersebut
Oleh karena itu kita coba untuk menguak asal-usul sejarah Hari Valentine, dengan harapan supaya kita semua bisa lebih cerdas dalam merayakan suatu acara. Bukan hanya sekedar ikut-ikutan, tanpa mengetahui arti penting dari tradisi perayaan hari tersebut. Berikut adalah beberapa penggal riwayat atau sejarah Valentine yang mungkin dapat membantu kita dalam mengenal asal-muasal perayaan hari tersebut
SEJARAH HARI VALENTINE
Sesungguhnya,
belum ada kesepakatan final di antara para sejarawan tentang apa yang
sebenarnya terjadi yang kemudian diperingati sebagai hari Valentine. Dalam buku
‘Valentine Day, Natal, Happy New Year, April Mop, Hallowen: So What?” (Rizki
Ridyasmara, Pusaka Alkautsar, 2005), sejarah Valentine Day dikupas secara
detil. Inilah salinannya:
Ada banyak
versi tentang asal dari perayaan Hari Valentine ini. Yang paling populer memang
kisah dari Santo Valentinus yang diyakini hidup pada masa Kaisar Claudius II
yang kemudian menemui ajal pada tanggal 14 Februari 269 M. Namun ini pun ada
beberapa versi. Yang jelas dan tidak memiliki silang pendapat adalah kalau kita
menelisik lebih jauh lagi ke dalam tradisi paganisme (dewa-dewi) Romawi Kuno,
sesuatu yang dipenuhi dengan legenda, mitos, dan penyembahan berhala.
Menurut
pandangan tradisi Roma Kuno, pertengahan bulan Februari memang sudah dikenal
sebagai periode cinta dan kesuburan. Dalam tarikh kalender Athena kuno, periode
antara pertengahan Januari dengan pertengahan Februari disebut sebagai bulan
Gamelion, yang dipersembahkan kepada pernikahan suci Dewa Zeus dan Hera.
Di Roma
kuno, 15 Februari dikenal sebagai hari raya Lupercalia, yang merujuk kepada
nama salah satu dewa bernama Lupercus, sang dewa kesuburan. Dewa ini
digambarkan sebagai laki-laki yang setengah telanjang dan berpakaian kulit
kambing.
Di zaman
Roma Kuno, para pendeta tiap tanggal 15 Februari akan melakukan ritual
penyembahan kepada Dewa Lupercus dengan mempersembahkan korban berupa kambing
kepada sang dewa.
Setelah
itu mereka minum anggur dan akan lari-lari di jalan-jalan dalam kota Roma
sambil membawa potongan-potongan kulit domba dan menyentuh siapa pun yang
mereka jumpai. Para perempuan muda akan berebut untuk disentuh kulit kambing
itu karena mereka percaya bahwa sentuhan kulit kambing tersebut akan bisa
mendatangkan kesuburan bagi mereka. Sesuatu yang sangat dibanggakan di Roma
kala itu.
Perayaan
Lupercalia adalah rangkaian upacara pensucian di masa Romawi Kuno yang berlangsung
antara tanggal 13-18 Februari, di mana pada tanggal 15 Februari mencapai
puncaknya. Dua hari pertama (13-14 Februari), dipersembahkan untuk dewi cinta
(Queen of Feverish Love) bernama Juno Februata.
Pada hari
ini, para pemuda berkumpul dan mengundi nama-nama gadis di dalam sebuah kotak.
Lalu setiap pemuda dipersilakan mengambil nama secara acak. Gadis yang namanya
ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang
dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.
Keesokan
harinya, 15 Februari, mereka ke kuil untuk meminta perlindungan Dewa Lupercalia
dari gangguan serigala. Selama upacara ini, para lelaki muda melecut
gadis-gadis dengan kulit binatang. Para perempuann itu berebutan untuk bisa
mendapat lecutan karena menganggap bahwa kian banyak mendapat lecutan maka
mereka akan bertambah cantik dan subur.
Ketika
agama Kristen Katolik masuk Roma, mereka mengadopsi upacara paganisme (berhala)
ini dan mewarnainya dengan nuansa Kristiani. Antara lain mereka mengganti
nama-nama gadis dengan nama-nama Paus atau Pastor. Di antara pendukungnya
adalah Kaisar Konstantine dan Paus Gregory I.
Agar lebih
mendekatkan lagi pada ajaran Kristen, pada 496 M Paus Gelasius I menjadikan
upacara Romawi Kuno ini menjadi Hari Perayaan Gereja dengan nama Saint
Valentine’s Day untuk menghormati Santo Valentine yang kebetulan meninggal pada
tanggal 14 Februari.
Tentang
siapa sesungguhnya Santo Valentinus sendiri, seperti telah disinggung di muka,
para sejarawan masih berbeda pendapat. Saat ini sekurangnya ada tiga nama
Valentine yang meninggal pada 14 Februari. Seorang di antaranya dilukiskan
sebagai orang yang mati pada masa Romawi. Namun ini pun tidak pernah ada
penjelasan yang detil siapa sesungguhnya “St. Valentine” termaksud, juga dengan
kisahnya yang tidak pernah diketahui ujung-pangkalnya karena tiap sumber
mengisahkan cerita yang berbeda.
Menurut
versi pertama, Kaisar Claudius II yang memerintahkan Kerajaan Roma berang dan
memerintahkan agar menangkap dan memenjarakan Santo Valentine karena ia dengan
berani menyatakan tuhannya adalah Isa Al-Masih, sembari menolak menyembah
tuhan-tuhannya orang Romawi. Orang-orang yang bersimpati pada Santo Valentine
lalu menulis surat dan menaruhnya di terali penjaranya.
Versi
kedua menceritakan, Kaisar Claudius II menganggap tentara muda bujangan lebih
tabah dan kuat di dalam medan peperangan daripada orang yang menikah. Sebab itu
kaisar lalu melarang para pemuda yang menjadi tentara untuk menikah. Tindakan
kaisar ini diam-diam mendapat tentangan dari Santo Valentine dan ia secara
diam-diam pula menikahkan banyak pemuda hingga ia ketahuan dan ditangkap.
Kaisar Cladius memutuskan hukuman gantung bagi Santo Valentine. Eksekusi
dilakukan pada tanggal 14 Februari 269 M.
Jelas
sudah, Hari Valentine sesungguhnya berasal dari mitos dan legenda zaman Romawi
Kuno di mana masih berlaku kepercayaan paganisme (penyembahan berhala). Gereja
Katolik sendiri tidak bisa menyepakati siapa sesungguhnya Santo Valentine yang
dianggap menjadi martir pada tanggal 14 Februari. Walau demikian, perayaan ini
pernah diperingati secara resmi Gereja Whitefriar Street Carmelite Church di
Dublin, Irlandia dan dilarang secara resmi pada tahun 1969.
Kalau sudah begini, masihkah remaja-remaja Muslim kita
tetap akan merayakan Valentine’s
Day ?
Naudzubilahi min Dzalik
Langganan:
Postingan (Atom)