Jumat, 16 Mei 2014

HUTANG .....OH HUTANG



HUTANG…..OH HUTANG

Oleh  :  pak Agus Balung


Saat ini sepertinya sulit mencari orang yang bersih dari hutang. Rasanya tak satupun orang yang tidak berhutang. Apa sih yang tidak didapat dari hutang ?.  Hampir semua kebutuhan hajad hidup didapat dari “ngutang”, mulai dari rumah, mobil, motor, furniture, tv, bahkan sampai kebutuhan sehari haripun ada yang memfasilitasi untuk di-utang. Kesimpulannya, ngutang itu sendiri seperitnya berubah menjadi kebutuhan pokok yang harus dipenuhi.


Hutang memang sering membuat makan tak enak, tidur pun tak  nyenyak. Kalau kita berbicara soal hutang ini, maka kita jadi  teringat suatu  kisah  yang masyhur.  

Suatu hari Rasulullah SAW masuk ke masjid dan mendapati Abu Umamah berlama-lama di dalam masjid.
Rasul bertanya, “Mengapa kau ada di sini padahal bukan waktu shalat?”
Abu Umamah menjawab, “Aku sedih dan gundah karena banyak utang.”
Rasulullah kemudian berkata “Maukah aku ajarkan kalimat (doa) yang membuat Allah akan menghapus kesedihan dan melunasi utang-utangmu?” “tentu,” kata Abu Umamah.

Nabi menyarankan, “Setiap pagi dan sore, ucapkanlah, Ya Allah, aku berlindung kepada-MU dari perasaan sedih dan gundah, ketidakberdayaan dan kemalasan, sikap pengecut dan bakhil, serta lilitan hutang dan musuh-musuh yang ganas.”
اللَّهُمَّ إِنِّي أَعُوذُ بِكَ مِنْ الْهَمِّ وَالْحَزَنِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ الْجُبْ 
نِ وَالْبُخْلِ وَأَعُوذُ بِكَ مِنْ غَلَبَةِ الدَّيْنِ وَقَهْرِ الرِّجَالِ

Abu Umamah berkata, “Aku lantas melakukan ajaran Rasulullah SAW,  kemudian Allah menghapus kegundahan dan melunasi utang-utangku.” (HR Abu Daud)

Definisi dan Arti Hutang Piutang adalah memberikan sesuatu yang menjadi hak milik pemberi pinjaman kepada peminjam dengan pengembalian di kemudian hari sesuai perjanjian dengan jumlah yang sama. Bagi para pelaku bisnis, sering kali tidak pernah terbebas dari utang, tetapi utang haruslah balance dan rasional, sesuai dengan kemampuan dan kapasitas pengutang.

Dalam kasus Abu Umamah, sebagai pedagang beliau terlilit utang yang lebih besar dari kemampuannya (ghalabatud dain). Ketika hutang lebih besar dari kemampuan dan yang bersangkutan tidak sanggup lagi membayar, pihak yang menagih utang pun akan menagih dengan berbagai cara.


Dengan hadis tadi, Rasulullah SAW mengajarkan kepada kita :
Pertama :  untuk memohon perlindungan dari kesedihan dan kegundahan, ini menitikberatkan kepada hal psikologis. Dengan berusaha melepaskan kesedihan dan kegundahan ini, kita bisa tetap fokus dalam berusaha. Jauh dari rasa kebimbangan dan ketidakberanian mengambil keputusan.

Kedua  : adalah kelemahan dan kemalasan yang menitikberatkan kepada sikap mental. Dengan berlindung terhadap sikap ini kita akan lebih berupaya meningkatkan produktivitas. Sikap lemah yang seakan-akan ada pahlawan yang akan membantu tanpa kita mau berusaha, dalam artian malas bergerak, memohon orang untuk menyeselaikan masalah dan sebagainya.

Ketiga  : adalah Sifat pengecut dan bakhil yang melingkupi sikap sosial. Lari dari masalah, tidak mau bertanggung jawab dan sebagainya.

Keempat  : lilitan hutang dan musuh-musuh atau tekanan orang lain yang dapat diartikan kepada masalah politik. Merendahkan diri dengan terpaksa atau dipaksa melakukan hal-hal yang tidak ingin kita lakukan.


Tidak jarang kita yang telilit hutang dan  telah melaksanakan mengamalkan doa yang diajarkan oleh Rasulullah  merasa telah putus harapan,  karena setiap hari selama beberapa minggu, bahkan beberapa bulan telah rutin melafalkan do’a ini, namun hutang tetap saja tak kunjung terlunasi.

Kadang kita lupa, bahwa sejatinya berdoa tanpa berusaha adalah sikap yang lemah, sedangkan bekerja dan berusaha tanpa berdoa akan menjauhkan kita dari keberkahan,  karena itu kuncinya adalah bekerja sambil berdoa.

 Insya Allah.

.

Minggu, 11 Mei 2014

BERCANDA DALAM DOA



BERCANDA DALAM DOA

Oleh  :  pak Agus Balung

Sering kita baca lewat sosial media maupun broadcast BBM doa  yang diplesetkan, atau lebih tepatnya doa yang dibuat ‘guyonan’, pasti tujuannya cuma untuk mengundang tawa pembacanya, namun mereka lupa bahwa doa itu merupakan pontensi energy postif yang dahsyat, lebih lebih kalau kita bedoa menggunakan ayat ayat Al Quran. Eh, malah dibuat guyonan.

Berikut ini satu contoh doa yang dibuat guyonan, maaf,  beberapa bagian saya edit,   ……. “….inni zamman zulit, wainni bulan azzib, mawu finzam fullus…..blablabla………”. Masya Allah cukup panjang dan mengutip nama Allah di depannya.

Astaghfirullah….Betapa potensi energi kreatif yang dahsyat ini digunakan hanya untuk guyonan belaka yang niatnya mungkin hanya untuk mengundang tawa namun tanpa bimbingan walhasil mudhorot. Tapi sengaja atau tidak sengaja, sadar atau tidak sadar, tahu atau tidak tahu, mau atau tidak mau, suka tidak suka hal seperti ini termasuk ke dalam katagori memperolok-olok ayat Allah SWT. 

Sebagaimana dalam surat An Nisaa ayat 140 dinyatakan: “Dan sungguh Allah telah menurunkan kepada kamu di dalam Al Qur’an bahwa apabila kamu mendengar ayat-ayat Allah diingkari dan diperolok-olokan (oleh orang-orang kafir), maka janganlah kamu duduk beserta mereka, sehingga mereka memasuki pembicaraan yang lain. Karena sesungguhnya (kalau kamu berbuat demikian) tentulah kamu serupa dengan mereka. Sesungguhnya Allah akan mengumpulkan semua orang-orang munafik dan orang-orang kafir di dalam jahannam.”

“Dan jika kamu tanyakan kepada mereka (tentang apa yang mereka lakukan itu), tentu mereka akan menjawab: "Sesungguhnya kami hanyabersenda-gurau dan bermain-main saja". Katakanlah: "Apakah dengan Allah, ayat-ayatNya dan RasulNya, kamu selalu berolok-olok?" (QS. At Taubah : 65)

“Tidak usah kamu minta maaf, karena kamu kafir sesudah beriman. Jika Kami mema'afkan segolongan dari kamu (lantaran mereka taubat), niscaya Kami akan mengadzab golongan (yang lain) disebabkan mereka adalah orang-orang yang selalu berbuat dosa.” (QS. At Taubah : 66)

Ayat ini menjelaskan sikap orang-orang munafik terhadap Allah, RasulNya dan kaum mukmin. Kebencian yang selama ini mereka pendam, terlahir dalam bentuk ejekan dan olok-olokan terhadap Allah dan RasulNya.

Dahulu musuh-musuh Allahpun memelesetkan ucapan salam menjadi assaamu 'alaikum, yang artinya (semoga kematianlah atas kamu). Dan banyak lagi plesetan serta olok-olok seperti itu. Mereka tujukan ucapan itu kepada Rasulullah SAW.

Dalam istilah bahasa Arab dikenal kata Istihza', secara bahasa artinya sukhriyah, yaitu melecehkan. “Al huzu', adalah senda-gurau yang tersembunyi. Kadang-kala disebut juga senda-gurau atau kelakar." Dari penjelasan di atas, dapat kita ketahui makna istihzaa', yaitu pelecehan dan penghinaan dalam bentuk olok-olokan dan kelakar. Secara syar'i Istihza' adalah suatu bentuk pelecehan atau memperolok-olok agama. Barangsiapa yang memperolok Rasul-Nya, berarti ia telah memperolok Allah. Barang siapa yang memperolok ayat-ayat-Nya, berarti ia telah memperolok Rasul-Nya. Barang siapa yang memperolok sebagiannya maka ia telah memperolok seluruhnya.

Karena itu mulai sekarang mari hati-hati, segera bertaubat. Saya yakin tidak ada unsur kesengajaan di dalam prosesnya. Tapi setelah ini jauhi becandaan seperti itu. Jangan ikut-ikutan walaupun sekedar gaul. Mendingan dibilang ga gaul daripada becanda doa, apalagi ayat, ingat jangan mau kualat, mending segera taubat!

Tidaklah lebih baik dari yang berbicara ataupun yang mendengarkan, karena yang lebih baik di sisi  Allah adalah yang mengamalkannya.


Wallahu a’lam bisshowab

Jumat, 09 Mei 2014

Menggapai Berkah



Menggapai Berkah

Oleh  :  pak Agus Balung

Berkah berasal dari kata barokah  (jamak : barokaat) yang menurut Prof Dr M Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah bermakna sesuatu yang mantap, kebajikan yang melimpah dan beraneka ragam serta bersinambung.

Keberkahan Ilahi datang dari arah yang seringkali tidak diduga atau dirasakan secara material dan tidak pula dapat dibatasi atau bahkan diukur.

Segala penambahan yang tidak terukur oleh indra dinamai barokah/berkah. Adanya berkah pada sesuatu berarti adanya kebajikan yang menyertai sesuatu itu.

Jikalau sekiranya penduduk negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.'' (QS.7:96)

Dalam rangkaian ayat-ayat A-Qur’an al-Karim, kita temukan kata barokah dalam berbagai derivasinya. Misalnya, Al-Quran diturunkan pada malam yang diberkahi (QS.6:92,21:50,38:29), Baitullah adalah Rumah yang diberkahi (3:96), ada pula tempat-tempat yang diberkahi (17:1,28:30,34:18).

Keberkahan akan datang jika diundang melalui tiga jalan yakni, :

Pertama, : keimanan kepada Allah SWT. Beriman seringkali disertai takwa yang menunjukkan kesatuan yang tak bisa terpisahkan (QS.7:96).

Jika iman adalah keyakinan dalam kalbu, takwa adalah refleksi dari iman yang tampak pada sikap, kata dan perbuatan yakni kepatuhan dalam menjalankan perintah dan menjauhi larangan Allah SWT.


Almarhum Buya Hamka dalam Tafsir Al-Azhar menjelaskan keimanan dan takwa kepada Allah terbuka, maka ilham pun akan datang.

Sebab iman dan takwa itu menimbulkan silaturrahim sesama manusia. Lantaran itu timbullah kerjasama yang baik sebagai khalifah Allah di muka bumi. Maka turunlah berkat dari langit dan bumi.

Baik berkat hakiki yakni hujan membawa kesuburan bumi, teraturlah tumbuhan dan keluarlah hasil bumi, maupun berkat maknawi yakni timbulnya fikiran-fikiran baru dan petunjuk dari Allah, baik wahyu kepada para Rasul maupun ilham kepada orang-orang yang berjuang dengan ikhlas.


Kedua,  : mencintai ulama. Satu demi satu ulama terkemuka meninggalkan kita. Mautul ‘alim mautul ‘alam (kematian ulama laksana kematian alam semesta). Begitulah kata hikmah menggambarkan besarnya peran dan kedudukan ulama di muka bumi. 

Mereka yang menuntun umat ke jalan kebenaran dan kebaikan dengan ilmu dan keteladanan. Jika ulama tidak lagi didengar dan dimuliakan, maka hilanglah keberkahan.
Kini, umat Islam pun hidup dalam ironi. Karena, sudah lebih senang mendengar ceramah ustaz seleberitis yang tampil di layar TV dan dibalut asesoris serban dan jubah layaknya artis.

Bangga jika bisa mengundang mereka dengan honor yang fantastis, meski harus berjejer di pinggir jalan minta sedekah. Dakwah sudah menjadi tontonan dan hiburan bukan lagi tuntunan.

Imam Ibnu Hajar al-Asqalani dalam Kitab Nashaihul ‘Ibad, mengutip pesan Nabi SAW. : Akan datang suatu masa kepada umatku, mereka lari dari (ajaran) para ulama dan fuqaha. Maka Allah akan menurunkan tiga bala (malapetaka) kepada mereka yaitu, Pertama, Allah akan menghilangkan berkah dari usahanya, kedua, Allah menjadikan raja yang zhalim buat mereka, Ketiga, Allah akan mengeluarkan mereka dari dunia (mati) tanpa iman.”


Ketiga, :  transaksi yang Jujur. Keberkahan bersumber dari rezki yang diperoleh melalui jalan yang halal (benar dan baik). Banyaknya perolehan harta dan tingginya kedudukan tidak menjadi ukuran.

Rezki berkah akan melahirkan keluarga yang berkualitas, tenang, rukun dan saling menyayangi. Anak dan istri atau suami taat beribadah dan berakhlak karimah. Senang berbagi nikmat kepada orang lain yang membutuhkan. 

Nabi SAW. mengingatkan : Dua orang yang saling berjual beli memiliki khiyar (hak memilih) selama mereka sebelum berpisah. Apabila mereka jujur dan memberikan penjelasan (terus terang dalam muamalah mereka), mereka akan diberi berkah dalam jual beli mereka. Dan apabila mereka menyembunyikan kekurangan dan berdusta, maka berkah akan terhapus dari jual beli mereka." (HR. Abu Daud).

Jual beli merupakan refresentasi dari semua transaksi ekonomi dan bisnis, baik dalam skala kecil maupun besar, pribadi maupun perusahaan bahkan antara pemerintahan.
Kejujuran akan mendatangkan keberkahan. Kecurangan merupakan bukti keserakahan yang akan melenyapkan keberkahan. 

Iman dan takwa sebagai pondasi. Kecintaan kepada ulama sebagai lampu yang menyinari. Transaksi bisnis (pekerjaan) dibingkai akhlak terpuji. Insya Allah hidup kita pun diberkahi. Namun, jika ketiganya dilangkahi, pastilah bencana terjadi di sana sini.

Hujan yang turun bukan lagi menentramkan hati, tetapi menenggelamkan segala yang dicintai. Panas terik bukan lagi menghangatkan bumi, tetapi mematikan tanaman para petani. Para pemimpin bukan lagi mengayomi, tetapi justru menzhalimi. 

Naudzubillahi mindzalik.

Allahu a’lam bish-shawab.


(Sumber  : tulisan Ustaz Hasan Basri Tanjung MA)


 


Kamis, 08 Mei 2014

MALAIKAT DAN TIGA ORANG YANG MENDERITA SAKIT



MALAIKAT DAN TIGA ORANG YANG MENDERITA SAKIT

Oleh  :  pak Agus Balung

Kisah yang diangkat dari hadits Bukhari dan Muslim ini yang meriwayatkan dalam Shahih-nya dari Abu Hurairah ra,  dalam Kitab “Ahaditsil Anbiya”, bab hadits tentang orang berpenyakit kusta, orang buta dan orang botak di Bani Israil (6/500 no. 3464). Bukhari menyebutkannya secara ringkas sebagai penguat dalam Kitab “Iman wan Nudzur”, (11/540), no. 6653.

 Tentang malaikat dengan tiga orang yang masing masing menderita kusta, botak dan buta ini, telah saya angkat di blog ini dalam artikel yang berjudul “SOMBONG”  dan dipublish, hari Selasa, tgl. 6 Mei 2014.  Namun dalam kesempatan ini, mari kita coba memaknainya lebih dalam lagi.

Dikisahkan bagaimana tiga orang penderita kusta, botak dan buta tersebut ditemui oleh Malaikat Allah, lalu disembuhkan dari sakit yang dideritanya, kemudian diberi pula harta yang berlimpah sesuai dengan permintaannya.

Yang ternyata dengan seiring berjalannya waktu, mereka semakin bertambah kaya raya. Dimasa puncak kejayaan mereka, datanglah malaikat Allah yang dulunya menolong dan menyembuhkan mereka, datang dalam wujud sosok orang tua renta dan hina yang memohon bantuan mereka. Mereka menolak membantu, kecuali si buta,  si penderita kusta dan sibotak kembali pada keadaan semula.  

Orang yang dulunya buta itu menjawab saat didatangi oleh sosok tua renta dan hina, yang tidak lain adalah malaikat :  “Sungguh, aku dahulu buta, lalu Allah mengembalikan penglihatanku. Maka, ambillah apa yang Anda sukai dan tinggalkan apa yang Anda sukai. Demi Allah, sekarang ini aku tidak akan mempersulit Anda dengan memintamu mengembalikan sesuatu yang telah Anda ambil karena Allah.”

Malaikat yang menyerupai orang tua renta dan hina itupun berkata, “Peganglah kekayaan Anda, karena sesungguhnya kalian ini hanyalah diuji oleh Allah. Allah telah ridha kepada Anda, dan murka kepada kedua teman Anda."


Saudara-saudaraku,  pernahkah kita mengalami hal mirip dengan kejadian di atas  ?.

Pernahkah kita merenung sejenak apakah mereka yang meminta pertolongan kita itu benar-benar manusia ataukah malaikat yang sedang menguji kita, ataukah orang-orang yang menolong kita itu benar-benar manusia ataukah malaikat-malaikat yang dikirim oleh Allah untuk menolong kita.

Coba kita ingat-ingat sejenak mereka yang menolong kita, apa benar mereka itu tetangga kita, saudara kita, teman sejawat yang kita kenal, para pejabat yang ditugaskan, pedagang yang sedang lewat, nenek yang berwajah ramah ataukah mereka jelmaan dari para malaikat-malaikat Allah?

Begitu pula orang-orang yang pernah kita tolong, benarkah mereka itu manusia ?.
Wallahu ‘alam, kita tidak pernah mengetahuinya secara pasti. 

Tapi jika kita simak Surat Al Anfaal, 8 : 9. "(Ingatlah) ketika kamu memohon pertolongan kepada Tuhanmu, lalu diperkenankan-NYA bagimu : “sesungguhnya Aku akan mendatangkan bala bantuan kepada kamu dengan seribu malaikat yang datang berturut-turut.”

Allah SWT akan menolong kita dengan mengirimkan pertolongan 1.000 malaikat yang akan datang kepada kita. dan kita pun mengetahui bahwa malaikat dapat berubah bentuk menjadi entah siapa, juga dalam bentuk entah apa.
Namun hati-hati sahabat, ingatkah juga kita kepada orang-orang yang kita pernah menolak memberikan pertolongan kepadanya?

Benarkah mereka hanya pengemis biasa, anak-anak yatim dhuafa, tetangga yang sedang berkesusahan, atau boleh jadi mereka adalah jelmaan malaikat yang sedang Allah utus untuk menguji kita semua.

Wallahu A’lam bish shawwaab.