Kamis, 31 Januari 2013

DAN SAYAP MALAIKATPUN....BERTULISKAN SURAT AL IKHLAS





Oleh  :  Pak Agus Balung

Banyak sekali tanda-tanda kebesaran Allah yang ada pada makhluk-Nya, baik pada binatang, tumbuhan, maupun pada manusia. Anda mungkin pernah melihat lafadz Allah pada binatang yang diabadikan dalam sebuah foto, atau kita pernah mendengar sebuah pohon di suatu negara yang membentuk kalimat laa ilaaha illa Allah. Semua ini tidak lain ditujukan kepada kita agar selalu ingat kepada Allah swt.

SAYAP  MALAIKAT
Salah satu bentuk keagungan Allah juga terlukis pada sayap malaikat. Menurut suatu hadits, pada sayap malaikat terdapat tulisan surat al-Ikhlas. Keterangan ini terdapat dalam riwayat Ibnu Abbas yang menyatakan bahwa Rasulullah saw. pernah bersabda,
“Ketika melakukan isra’ ke langit, saya telah melihat Arasy di atas 360.000 sendi di mana jarak tempuh antara satu sendi ke sendi lainnya ialah 300.000 tahun perjalanan. Pada tiap-tiap sendi itu terdapat padang sahara sebanyak 12.000 dan luasnya setiap satu padang sahara itu seluas dari timur hingga ke barat. Pada setiap padang sahara itu terdapat 80.000 malaikat di mana semuanya membaca surah al-Ikhlas.”
Setelah itu Nabi bersabda lagi, “Setelah selesai membaca surat tersebut mereka berkata: Wahai Tuhan kami, sesungguhnya pahala dari bacaan kami ini kami berikan kepada orang yang membaca surat al-Ikhlas, baik ia laki-laki maupun perempuan.”
Ketika para sahabat mendengar keterangan Nabi yang demikian itu, mereka dibuat berdecak kagum. Lalu Nabi bersabda lagi, “Wahai para sahabatku, apakah kamu semua kagum?” Para sahabat menjawab: “Ya, kami sungguh kagum, ya Rasulullah saw.”
Rasulullah saw. bersabda, Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sesungguhnya Qul Huwallahu Ahad itu tertulis di sayap malaikat Jibril as, Allahush Shamad itu tertulis di sayap malaikat Mikail as, Lam Yalid Walam Yuulad tertulis pada sayap malaikat Izrail as, Walam Yaqullahu Kufuwan Ahad tertulis pada sayap malaikat Israfil as. Oleh karena itu, barang siapa dari umatku membaca surat al-Ikhlas maka dia diberi pahala membaca kitab Taurat, Injil, Zabur dan al-Qur’an yang agung.”
Setelah Rasulullah saw. berkata demikian, baginda bersabda lagi, “Wahai sahabatku, apakah kamu semua kagum?” Maka para sahabat menjawab, “Ya Rasulullah saw., kami semua kagum.”
Lalu Rasulullah saw. bersabda, “Demi Allah yang jiwaku di tangan-Nya, sungguh Qul Huwallahu Ahad itu tertulis di dahi Abu Bakar Ash-Shidiq, Allahush Shamad itu tertulis di dahi Umar al-Faaruq, Lam Yalid Walam Yuulad itu tertulis di dahi Utsman Dzun Nuurain dan Walam Yakun Lahu Kufuwan Ahad itu tertulis di dahi Ali ra. Oleh karena itu, siapa yang membaca surat al-Ikhlas maka ia diberi oleh Allah pahala Abu Bakar, Umar, Utsman dan Ali.” (Keterangan ini terdapat dalam kitab Hayatun Quluubi)

Demikian agungnya posisi surat al-Ikhlas di antara surat-surat lainnya, hingga ia sampai terlukis di sayap para malaikat. Bahkan ihwal keagungan dan besarnya manfaat surat ini, Nabi pernah bersabda, “Barangsiapa membaca surat al-Ikhlas sewaktu sakit sehingga dia meninggal dunia, maka dia tidak akan membusuk di dalam kuburnya, ia akan selamat dari kesempitan kuburnya dan para malaikat akan membawanya dengan sayap mereka, melintasi titian siratul mustaqim lalu menuju ke surga.” (Seperti diterangkan dalam kitab Tadzikaratul Qurthuby).

KEAGUNGAN SURAT AL IKHLAS
Ada suatu kisah yang menggambarkan keagungan surat al-Ikhlas. Kisah ini terekam dalam hadits. Suatu kali Nabi memberikan sebuah teka-teki kepada para sahabatnya: Siapakah di antara kamu yang dapat mengkhatam Qur'an dalam jangka waktu cepat? Tidak ada seorang sahabat pun yang bisa menjawabnya. Umar lalu berkata bahwa mustahil bisa mengkhatamkan al-Qur'an dalam waktu begitu cepat. Tetapi Ali kemudian mengangkat tangannya. Melihat hal ini, Umar langsung berkata bahwa Ali (yang masih kecil pada waktu itu) tidak tahu apa yang dikatakannya itu. Lantas Ali membaca surat al-Ikhlas tiga kali. Rasulullah saw. menjawab dengan mengatakan bahwa Ali betul.
Menurut Nabi, membaca surah al-Ikhlas satu kali pahalanya sama dengan membaca 10 juz kitab al-Qur’an. Lalu dengan membaca surat al-Ikhlas sebanyak tiga kali, maka khatamlah al-Qur’an. Karena hal itu sama dengan membaca 30 juz al-Qur’an.
Ini menunjukkan bahwa surat al-Ikhlas itu memiliki kelebihan dibandingkan surat-surat lainnya. Karena itu, kita sering mengucapkannya pada saat zikir, tahlil, shalat, keadaan takut dan sebagainya. Karena itu pula, Allah mengukirnya pada sayap malaikat.

Kelebihan surat al-Ikhlas juga terlihat dari kisah berikut ini. Anas bin Malik meriwayatkan bahwa sewaktu ia bersama-sama Rasulullah saw. di Tabuk, pernah suatu ketika cahaya matahari terbit dengan redup, tidak seperti pada hari-hari sebelumnya. Malaikat Jibril lalu datang. Kepada malaikat, Nabi pun menanyakan tentang hal ini. Malaikat menjawab, bahwa matahari tampak redup karena sayap Malaikat terlampau banyak. Para Malaikat sebanyak 70.000 ini diutus Allah karena ada seorang sahabat yang meninggal di Madinah. Sahabat ini banyak membaca surat al-Ikhlas.
Bayangkan, keadaan sahabat itu begitu dihormati di mata malaikat karena seringnya ia membaca surat al-Ikhlas saat hidup. Ini sekali lagi menunjukkan betapa agungnya posisi surat ini dalam kehidupan kita. Semakin sering kita membacanya kian besar pula kita mereguk pahala dari Allah swt..

Hal ini pula yang membuat kenapa surat al-Ikhlas terlukis di sayap malaikat. Kenapa bukan surat yang lain? Toh, sama-sama al-Qur’an.  Ini disebabkan surat al-Ikhlas memiliki kemuliaan yang sangat tinggi dibandingkan surat-surat yang lain.
Abu Sa’id al-Khudry berkata, “Ada seorang sahabat Rasul mendengar tetangganya membaca berulang-ulang ayat Qul Huwallahu Ahad. Kemudian keesokan paginya, Abu Sa’id al-Khudry menyampaikan kepada Rasulullah perihal yang didengarnya semalam, yakni seakan-akan sahabat ini menganggap ringan kedudukan surat ini. Maka Nabi pun bersabda, “Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya. Sesungguhnya surat al-Ikhlas benar-benar menyamai sepertiga al-Qur’an.” (HR. Bukhari dalam Bab Fadha’il Qur’an No. 5014).

Hadits di atas sekali lagi menunjukkan betapa agungnya posisi surat al-Ikhlas, sehingga harus terlukis di sayap malaikat. Pertanyaannya kemudian adalah kenapa hanya malaikat Jibril, Mikail, Israil dan Izrafil saja yang sayapnya terlukis dengan surat al-Ikhlas?
Inilah pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Tapi, bila kita melihat sejarah para malaikat, maka kita tahu bahwa keempat malaikat itu memiliki peran sentral dalam kehidupan makhluk Allah. Malaikat Jibril misalnya, bertugas menyampaikan wahyu Allah kepada Nabi Muhammad saw. Ia adalah pemimpin para malaikat. Ia juga menjadi tempat keluh kesah Nabi saat dirinya sedang dalam kebingungan dan sebagainya.
Lalu malaikat Mikail, yang bertugas mengatur cuaca hujan, kemarau, rezeki, dan sebagainya. Sedang malaikat Israil bertugas meniup sangkakala dan malaikat Izrail yang mencabut seluruh makhluk yang bernyawa. Bukan berarti, tugas malaikat-malaikat yang lain tidak terlalu sentral dalam kehidupan manusia. Tetapi, dengan diukirnya surat al-Ikhlas pada keempat malaikat di atas, setidaknya menunjukkan akan peran utama mereka dalam kehidupan makhluk Allah, terutama manusia.

Tentu ini hanya sebatas analisa, sebab persoalan gaib ini hakekatnya hanya Allah yang Maha Tahu. Kita pun tidak penting membanding-bandingkan peran malaikat satu sama lain. Yang penting, tugas kita adalah mempercayai bahwa di sayap-sayap malaikat yang empat itu terlukis surat al-Ikhlas, yang berarti mengindikasikan pentingnya surat ini untuk selalu kita baca setiap saat. Karena itu, perbanyaklah kita membaca al-Qur’an, terutama surat al-Ikhlas. 

Insya Allah,  Amien

Rabu, 30 Januari 2013

KEAJAIBAN LEBAH




KEAJAIBAN  LEBAH

Oleh  :  pak Agus Balung

Lebah, serangga kecil yang biasa beterbangan di sekitar kita ini memang memiliki banyak keistimewaan, hingga Rasulullah SAW mengibaratkan orang Mukmin dengan serangga yang dalam bahasa Arabnya biasa disebut nahlah ini sebagaimana tersebut dibawah ini.
Rasulullah ’Shalalllahu alaihi wa sallam (SAW) bersabda, “Perumpamaan orang Mukmin seperti lebah. Jika ia makan, maka ia memakan apa-apa yang baik, jika ia mengeluarkan juga sesuatu yang baik, jika ia hinggap di dahan ia tidak mematahkannya.”  (HR. Ahmad).

Adanya perumpamaan tersebut, karena lebah memiliki beberapa sifat istimewa.   Di antara sifat itu adalah, lebah selalu mengambil nutrisi dari bahan-bahan yang baik, yakni dari serbuk sari berbagai macam bunga, tidak mengambil makanan dari yang lainnya, lebih-lebih dari benda-benda kotor. Demikian pula lebah tidak mengeluarkan sesuatu kecuali hal yang baik, yakni madu yang tidak diragukan lagi manfaatnya. Bahkan, Allah Subhanahu wa Ta’ala (SWT) telah menegaskan dalam surat An Nahl ayat 69 bahwa cairan manis itu merupakan obat.

Bukan hanya madu, Imam Al Ghazali menyebutkan bahwa lebah juga menghasilkan lilin, yang bisa bermanfaat bagi manusia untuk dijadikan sumber penerangan. (Tafsir Al Qasimi, 10/3829).
Demikian pula dalam melakukan proses produksi ”hal yang baik” itu dilakukan dengan cara yang baik pula, yakni tidak dengan merusak bunga dan dahan yang dihinggapi. Lebih dari itu, tumbuhan-tumbuhan malah diuntungkan dengan hinggapnya lebah di dahan atau bunganya, karena bisa membantu proses penyerbukan.
Sifat positif lebah lainnya, kehidupan mereka berjamaah. Satu koloni lebah bisa mencapai 50 ribu ekor. Mereka terdiri dari lebah ratu, pejantan dan lebah pekerja. Semuanya bekerja sama dengan menjalankan fungsinya masing-masing. Al Ghazali juga menyebutkan bahwa lebah juga membersihkan sarang dari kotoran penghuninya, yang dilakukan selama musim semi dan gugur.

Lebah, meskipun memiliki sengat (senjata yang amat berbahaya), akan tetapi hal itu tidak membahayakan kawanannya, malah berguna untuk melindungi bangsanya dari serangan pihak lain.
Al Jauhari menyebutkan sifat istimewa lebah lainnya, yakni adanya konsistensi dalam membangun kamar-kamar di dalam sarangnya. Kamar-kamar itu berbentuk segi enam, sehingga tidak ada rongga yang ”terbuang”. (Tafsir Al Maraghi, 13/103). Ini menunjukkan bahwa serangga membangun tempat tinggalnya dengan amat efisien.

Demikianlah sebagian sifat-sifat lebah yang mestinya juga ada pada diri mereka yang mengaku beriman.

 Allahu’alam bishawab.

Senin, 28 Januari 2013

HANTU, GENDERUWO......APA PULA ITU ?




Oleh  :  Pak Agus Balung


MUQODDIMAH

Jin adalah bagian kecil dari makhluk ghoib. Makhluk Allah yang tersembunyi keberadaannya dari pandangan manusia ini menjadi perbincangan menarik di forum-forum.  Forum ilmiah atau semi ilmiah. Banyak buku tentang telah ditulis oleh para penulis kenamaan. Sebagaimana banyak pula cerita dibuat, sinetron ditayangkan, film layar lebar diluncurkan, yang membicarakan dunia jin. Namun sangat sedikit sekali yang mau menggali tentang jati diri jin dari sumber yang benar, yaitu syari’at Islam.  Sehingga dari sini muncul di masyarakat berbagai istilah variant dari jin itu sendiri. Seperti  misalnya hantu, genderuwo,  pocong, kuntilanak, banaspati, leak, wewe gombel, tuyul,  dan lain sebagainya
.

EKSISTENSI  JIN

Allah berfirman, “Dan tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia, kecuali supaya mereka menyembah-Ku.” (QS. adz-Dzariyat: 56).

عَنْ عَائِشَةَرضي الله عنها- قَالَتْ: قَالَ رَسُوْلُ اللَّهِ -صَلَّى اللَّه عَلَيْهِ وَسَلَّمَ-: خُلِقَتِ الْمَلاَئِكَةُ مِنْ نُوْرٍ، وَخُلِقَ الْجَانُّ مِنْ مَارِجٍ مِنْ نَارٍ، وَخُلِقَ آدَمُ مِمَّا وُصِفَ لَكُمْ. (رواه مسلم)

Aisyah berkata, Rasulullah bersabda, “Malaikat diciptakan dari cahaya, dan jin diciptakan dari nyala api, dan Adam diciptakan dari apa yang telah dijelaskan kepada kalian (tanah)”. (HR. Muslim, no. 5314).


IBLIS  ITU GOLONGAN JIN

Para ulama’ telah berbeda pendapat, apakah Iblis termasuk golongan malaikat atau golongan jin. Ada yang mengatakan bahwa Iblis termasuk golongan malaikat. Iblis nama aslinya adalah ‘Azazil, ia termasuk malaikat utama dan mempunyai empat sayap. Saat ia bermaksiat kepada Allah, Allah murka dan melaknatnya menjadi syetan. Di antara mereka yang berpendapat ini adalah Ibnu Mas’ud, Ibnu Juraij, Sa’id bin al-Musayyib dan Sa’id bin Jubeir serta Ibnu Abbas.
Pendapat mereka berdasarkan pada dalil yang tampak dalam ayat :
 Dan ingatlah, ketika kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’ maka bersujudlah mereka kecuali Iblis. Ia enggan dan takabbur (sombong), dan ia termasuk golongan orang-orang yang kafir.” (QS. al-Baqarah: 34).

Pendapat yang kedua mengatakan bahwa Iblis termasuk golongan jin. Mereka mengatakan, “Iblis adalah nenek moyang jin sebagaimana Adam sebagai nenek moyang manusia. Ia bukanlah golongan malaikat.” Termasuk ulama’ yang punya pendapat ini adalah Ibnu Zaid, Hasan al-Bashri dan Imam Syafi’i rahimahumulloh.
Mereka mendasarkan pendapat itu pada dalil berikut. “Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, ‘Sujudlah kalian kepada Adam!’, maka sujudlah mereka semua kecuali Iblis. Dia adalah dari golongan jin, dan ia telah mendurhakai perintah Tuhannya. Patutkah kalian mengambil dia dan turunan-turunannya sebagai pemimpin selain daripada-Ku, sedangkan mereka adalah musuhmu?  Amat  buruklah Iblis itu sebagai pengganti (Allah) bagi orang-orang yang zhalim.” (QS. al-Kahfi: 50).

Pendapat yang paling kuat adalah; Iblis itu bagian dari Jin, bukan malaikat. Dengan alas an berikut  :.

 Pertama, asal penciptaan Iblis. Kalau kita perhatikan materi asal penciptaan Iblis dan malaikat adalah materi penciptaan yang berbeda. Perhatikanlah ayat berikut, Allah mencuplik perkataan Iblis sendiri dan memberitahukan kepada kita.
Allah berfirman, “Apakah yang menghalangimu untuk bersujud  (kepada Adam) saat Aku menyruhmu?’ Iblis menjawab, ‘Aku lebih baik darinya, Engkau ciptakan aku dari api, sedang dia Engkau ciptakan dari tanah.” (QS. al-A’raf: 12).

Kedua, perangai kedua makhluk tersebut yang jauh berbeda. Malaikat adalah makhluk Allah yang selalu taat kepada-Nya, mereka tidak pernah bermaksiat kepada Allah atau membantah perintah-Nya.
Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu, penjaganya malaikat-malaikat yang galak, keras, yang tidak pernah mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-Nya kepada mereka, dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” (QS. at-Tahrim: 6).

Ketiga, reproduksi kedua makhluk itu berbeda. Malaikat adalah makhluk yang tidak bisa mempunyai keturunan. Bahkan mereka adalah makhluk yang tidak disifati dengan sifat laki atau perempuan. Mensifati malaikat dengan laki atau perempuan adalah perbuatan salah yang pernah dilakukan orang-orang kafir, dan merekapun dicela Allah atas perbuatan tersebut.
Dan mereka menjadikan malaikat-malaikat yang mana mereka adalah hamba-hamba Allah Yang Maha Pemurah sebagai perempuan. Apakah mereka menyaksikan penciptaan malaikat-malaikat itu?   Kelak akan ditulis persaksian mereka dan mereka akan dimintai pertanggungjawaban.” (QS. az-Zukhruf: 19).

Jin ada yang laki-laki dan ada yang perempuan, dan dari sisi ini Iblis lebih tepat kita masukkan ke dalam golongan jin, bukan malaikat.
Rasulullah pernah mengajarkan kita untuk membaca do’a sebelum masuk toilet, “Ya Allah, sesungguhnya aku berlindung kepada-Mu dari kejahatan syetan (jin) laki-laki dan syetan (jin) perempuan.” (HR. Bukhari dan Muslim).
“Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia (Adam) dari tanah liat kering (yang berasal) dari lumpur hitam yang diberi bentuk. Dan kami telah menciptakan jin sebelumnya (Adam) dari api yang sangat panas.” (QS. al-Hijr: 26-27).


KEBERADAAN IBLIS DI SURGA

Syahr bin Hausyab berkata, “Iblis termasuk golongan jin yang dahulu menghuni bumi ini sebelum manusia. Karena mereka suka membuat kerusakan dan menumpahkan darah, akhirnya Allah memerintahkan para malaikat untuk ‘mengusir’ mereka. Dan Iblis ditawan oleh malaikat lalu dibawa ke surga, iapun hidup dan beribadah kepada Allah bersama mereka.” (Kitab Tafsir al-Qurthubi: 1/ 294).
Sa’ad bin Mas’ud berkata, “Ketika para malaikat memerangi jin di bumi, Iblis ditangkap dan ditawan. Lalu ia hidup bersama malaikat di langit. Ketika para malaikat disuruh sujud kepada Adam, mereka semua sujud. Hanya Iblis yang saat itu berada di komunitas malaikat yang tidak mau sujud.” (Kitab Tafsir Ibnu Katsir: 1/ 80).

Jika Iblis itu termasuk golongan jin, lalu kenapa ia berada dalam komunitas malaikat saat itu, yaitu di surga? Asal muasal keberadaan Iblis di surga dan bersama malaikat, tidak ada hadits yang dengan tegas menjelaskannya. Tapi ada beberapa pendapat ulama yang menarik kita simak, di antaranya.


IFRIT  &  SYETAN

Iblis termasuk golongan jin, lalu siapakah Ifrit itu? Ternyata Ifrit juga termasuk golongan jin, bukan makhluk tersendiri yang di luar komunitas jin.
Allah berfirman, “Ifrit dari golongan jin berkata (kepada Nabi Sulaiman), ‘Aku akan datang kepadamu dengan membawa singgasana itu kepadamu sebelum kamu berdiri dari tempat dudukmu, sesungguhnya aku benar-benar kuat untuk membawanya lagi dapat dipercaya.” (QS. an-Nahl: 39).
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya Ifrit dari golongan jin semalam telah datang kepadaku untuk mengganggu shalatku…” (HR. Bukhari, no. 441 dan Muslim, no. 842).
Adapun syetan hanyalah sifat buruk yang diberikan kepada jin dan manusia. Jin dan manusia yang tidak taat pada aturan, suka membangkang perintah disebut sebagai syetan.
Allah berfirman, “Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin…” (QS. al-An’am: 112). Di surat lain, “Yang membisikkan (kejahatan) ke dalam dada manusia, dari (golongan) jin dan manusia.” (QS. an-Nas: 5-6).
Imam Ibnu Jarir at-Thabari berkata, “Syetan dalam perkataan orang Arab adalah setiap pembangkang dari jin, manusia, binatang dan apa saja.” Allah berfirman, ““Dan demikianlah Kami jadikan bagi tiap-tiap nabi itu musuh, yaitu syetan-syetan (dari jenis) manusia dan (dari jenis) jin…” (QS. al-An’am: 112). (Kitab Tafsir at-Thabari: 1/ 49).
Dalam al-Qur’an, terkadang Allah menggunakan kata Iblis dan yang dimaksud syetan. Seperti dalam ayat berikut. “Dan (ingatlah) ketika Kami berkata kepada malaikat, ‘Sujudlah kamu kepada Adam!’, maka mereka sujud kecuali Iblis. Ia membangkang. Maka kami berkata, ‘Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah musuh bagimu dan bagi isterimu, maka sekali-kali janganlah sampai ia mengeluarkan kamu berdua dari surga, yang menyebabkan kamu menjadi celaka. Sesungguhnya kamu tidak akan kelaparan di dalamnya dan tidak akan telanjang. Dan sesungguhnya kamu tidak akan merasa dahaga dan tidak (pula) akan ditimpa panas matahari di dalamnya". (QS. Thaha: 116-119).
Di ayat selanjutnya, Allah menggunakan kata syetan dan yang dimaksud Iblis. “Kemudian syetan membisikkan pikiran jahat kepadanya, dengan berkata: ‘Hai Adam, maukah saya tunjukkan kepada kamu pohon khuldi dan kerajaan yang tidak akan binasa?’ Maka keduanya memakan dari buah pohon itu, lalu nampaklah bagi keduanya aurat-auratnya dan mulailah keduanya menutupinya dengan daun-daun (yang ada di) surga, dan durhakalah Adam kepada Tuhan dan sesatlah ia.” (QS. Thaha: 120-121). Kata ‘syetan’ memang identik dengan kata ‘Iblis’.


HANTU  &  GENDERUWO

Selain Iblis, Ifrit, jin dan syetan. Ada juga kata yang berkembang ditengah masyarakat kita, seperti misalnya : hantu, genderuwo, kuntilanak, pocong, tuyul, leak, wewegombel, dan yang sejenisnya. Dan sebagian besar masyarakat kita meyakini semua jenis makhluk tersebut sebagai jelmaan dari roh-roh gentayangan akibat mati penasaran atau korban kesadisan dan ketragisan.

Padahal sebenarnya mereka itu adalah jelmaan dari jin yang menampakkan diri kepada manusia, bukan roh manusia yang gentayangan. Syetan-syetan jin itu berubah bentuk dan menampakkan diri kepada manusia dengan berbagai macam karakter dan bentuk.

Hantu dalam bahasa Arab disebut dengan Ghul atau Ghilan. Masyarakat jahiliyyah saat itu meyakini bahwa Ghul atau Ghilan adalah jelmaan syetan yang biasa muncul di jalan atau di padang pasir untuk menyesatkan manusia. Keyakinan itu hampir sama dengan keyakinan masyarakat kita. Hanya saja masyarakat kita banyak yang meyakini bahwa hantu itu bukan jelmaan syetan tetapi roh manusia yang mati penasaran.

Hantu akan lari dengan “lantunan adzan”

Kalau kita perhatikan hadits riwayat Imam Ahmad berikut, maka yang benar Ghul atau hantu itu memang jelmaan syetan jin. Sehingga Rasulullah berpesan kepada ummatnya, jika tiba-tiba muncul hantu atau Ghul, kumandangkanlah adzan. Karena lantunan adzan itu sangat ditakuti syetan sebagaimana yang dikabarkan Rasulullah melalui hadits riwayat Bukhari dan Muslim.
Rasulullah bersabda, “Apabila nampak hantu di hadapan kalian, maka kumandangkanlah adzan.” (HR. Ahmad, no. 13759 tapi hadits ini sanadnya lemah). Tapi Ibnu Abi Syaibah meriwayatkan bahwa ada sekelompok orang yang bercerita kepada Umar bin Khatthab tentang hantu.

Saat itu Umar bin Khatthab berkata, “Sesungguhnya jin-jin itu tidak bisa berubah bentuk dari wujud aslinya seperti saat diciptakan Allah. tapi mereka mempunyai tukang sihir seperti halnya tukang sihir manusia. Apabila kalian melihat penampakan jin (hantu), maka lantunkanlah adzan.” Imam Ibnu Hajar al-Asqalani menyatakan bahwa sanad riwayat tersebut shahih. Dan Syekh Wahid Abdus Salam Bali menambahkan bahwa ada riwayat serupa dari Ibnu Abid Dunya dan sanad haditsnya hasan (baik). (Kitab al-Wiqayah: 28).

Karena hantu itu termasuk jin, maka dengan lantunan adzan jelmaan jin itu akan takut dan pergi. Sebagaimana yang ditegaskan Rasulullah dalam hadits shahih. “Apabila dikumandangkan adzan shalat, syetan berpaling dan lari sambil terkentut-kentut sampai pada tempat yang tidak terdengar adzan. Ketika adzan itu selesai, ia kembali lagi. Dan saat iqomat dikumandangkan, ia berpaling dan kabur lagi. Ketika iqomat telah selesai, iapun kembali lagi.” (HR. Bukhari dan Muslim).

Semoga tulisan ini bisa mengurai pemahaman kusut di kalangan banyak kaum muslimin di negeri ini tentang keghaiban dunia jin dan syetan.   Laksana benang yang terlanjur kusut dan semerawut, kita harus mengurainya satu persatu.

 Semoga yang sedikit ini dapat bermanfaat bagi kita semua, bagi saya dan anda, Amin

Allahu a’lam