Jumat, 28 Juni 2013

JIN BISA DILIHAT, .... BENARKAH ?




Oleh  :  pak Agus Balung 



Jin adalah mahkhluk Allah yang diciptakan dari api dan keberadaanya tidak terlihat oleh mata manusia, makanya ia dinamakan jin. Asal bahasa kata jin berarti sesuatu yang tersembunyi atau tertutup. Oleh sebab itu Allah berfirman
 Sesungguhnya ia dan pengikut pengikutnya melihat kamu dari suatu tempat yang karnu tidak bisa melihat mereka.” (QS. Al-A’raf: 27).

 Namun Allah memberinya kemampuan sehingga ia bisa menampakkan diri dan menyerupai sesuatu yang akhirnya bisa dilihat manusia. Jin bisa menyerupai rupa manusia atau hewan. Hanya saia ia tidak bisa menyerupai rupa Nabi Muhammad. Sebagaimana sabda Rasulullah, “.. .. Syetan tidak akan bisa menyerupaiku.” (HR. Bukhari dan Muslim). 

Al-Qur'an telah mengabadikan penampakan jin ketika perang Badar akan berkecamuk dalam surat Al-Anfal ayat 48. lbnu Abbas berkata, “lblis telah menyerupai manusia sebagai sosok Suraqah bin Malik, pemuka Bani Mudlij. la datang ke tengah barisan tentara orang-orang musyrikin. La berkata kepada orang-orang musyrikin: ‘Tidak ada seorang manusia pun yang dapat menang terhadap kalian pada hari ini, dan sesungguhnya saya adalah pelindung kalian. Ketika manusia telah berkumpul, Rasulullah mengambil segenggam debu, lalu beliau lemparkan ke arah orang-orang musyrikin, mereka pun lari tunggang langgang. Lalu Jibril menemui lblis. Waktu itu lblis sedang memegangi tangan salah seorang musyrik. Begitu melihat kedatangan Jibril, ia langsung melepaskan tangan orang musyrik tersebut dan kabur mengambil langkahseribu. Orang musyrik itu pun langsung meneriakinya: Wahai Suraqah, kamu tadi mengklaim diri sebagai pelindung kami? Iblis menjawab: “Sesungguhnya saya melihat apa yang kalian tidak bisa melihatnya, sesungguhnya saya takut kepada Allah. Dan Allah sangat keras siksa-Nya.” Itulah reaksi lblis saat melihat para malaikat.” (Tafsir lbnu Katsir: 2/317).
Makanya Syaikhul lslam lbnu Taimiyyah berkata, “Dan jin bisa menyerupai rupa manusia dan hewan. Mereka menyerupai ular dan kalajengking atau yang lainnya. Dan bisa juga menyerupai onta, sapi, kambing, kuda dan keledai serta menyerupai burung dan manusia.” (Risalatul Jin: 32).

PROSES JIN MENAMPAKAN DIRI
Tidak semua jin bisa merubah dirinya dari bentuknya semula ke bentuk yang lain lalu menampakkan diri ke manusia. Ada proses yang harus mereka lalui dan ada aktifitas yang harus mereka lakukan. Para ulama’ berbeda pendapat dalam mengemukakan proses perubahan diri jin agar bisa menampakkan diri kepada manusia.
1 .  Melalui bacaan atau ritual
Al-Qadhi Abu Ya'la berkata, “Pada hakikatnya syetan tidak punya kemampuan untuk bisa merubah diri dari bentuk aslinya dan merubah rupa,   hanya saja Allah mengajari mereka suatu kalimat (bacaan) atau gerakan apabila mereka melakukan hal itu, maka jin tersebut bisa merubah dirinya dari bentuknya semula. Sehingga penampakan diri ini bisa terjadi ketika mereka mengucapkan kalimat atau melakukan aktifitas tersebut, lalu Allah merubah bentuk mereka. Karena suatu yang mustahil bila syetan merubah dirinya sendiri ke bentuk yang lain, karena ia harus melebur bentuknya semula lalu merubah diri ke bentuk yang lain. Bila itu yang terjadi, maka ia akan mati dengan sendirinya . (Akamul Marjan: l9).
2.  Melalui ilmu sihir
Sementara itu ada ulama lain yangmenyatakan bahwa jin bisa berubah dari bentuknya semula ke bentuk yang lain karena menggunakan ilmu sihir. Pendapat ini berdasarkan riwayat yang berasal dari lbnu Abi Syaibah, “Ada orang yang bertanya kepada umar tentang jin yang menampakkan diri, Umar berkata: Sesungguhnya seseorang tidak akan bisa merubah bentuk asli sebagaimana Allah menciptakannya ke bentuk yang lain. Kalaupun terjadi (perubahan bentuk) itu berarti sihir. Jin mempunyai tukang-tukang sihir sebagaimana kalian (manusia). Apabila kalian melihat penampakan (jin), maka kumandangkanlah adzan.” (lbnu Hajar berkata: sanad riwayat ini shahih).
Dan Syekh Wahid Abdus Salam Bali  (Penulis buku Wiqoyatul lnsan minal Jinni was Syaithon) condong ke pendapat yang kedua ini, karena pendapat pertama masih membutuhkan dalil. la juga berkata bahwa ada riwayat serupa dengan yang disampaikan oleh lbnu Abi Syaibah, yaitu riwayat yang berasal dari lbnu Abid Dunya dan sanadnya hasan. (Wiqayatul lnsan minal Jinni was Syaithon: 28).
Dengan cara apapun jin menampakkan diri, melaui bacaan dan gerakan atau dengan bantuan ilmu sihir, pada hakikatnya mereka tidak bisa melakukan perubahan bentuk dan penampakan tanpa izin Allah. Bacaan dan gerakan mereka adalah merupakan upaya, dan hasilnya bergantung kepada kehendak Allah. Begitu juga ilmu sihir, ilmu itu tidak akan berpengaruh atau berhasil jika tanpa izin dari Allah. Allah telah berfirman, “... Dan mereka itu (tukang sihir) tidak memberi madharat dengan sihirnya kepada seorang pun kecuali dengan izin Allah ...” (QS. Al-Baqarah: 102).

Yang jelas, penampakan jin itu bukanlah takhayyul atau mengada-ada, karena kebenaran kejadiannya telah tercatat dalam al-Qur'an (surat Al-Anfal: 48)  dan juga tercatat dalam hadits shahih dariAisyah, ia berkata, “Ketika Rasulullah shalat, datanglah syetan kepadanya. Lalu Rasulullah menangkapnya, membantingnya dan mencekiknya. Rasulullah bersabda, “Sampai aku rasakan lidahnya yang dingin di tanganku,” (HR. Nasa’i). Memang  jin bisa menampakkan diri.


Senin, 24 Juni 2013

KETIKA PAK KYAI DIKALAHKAN SYETAN DALAM SUATU PERTARUNGAN



Oleh  :  pak  Agus Balung


Saudaraku pengunjung setia blog As Syifa Nur Alif yang dirahmati Allah, berikut ini saya ketengahkan sebuah kisah betapa dahsyatnya tipu daya syetan terhadap anak manusia, sampai sampai seorang kyaipun dapat dikalahkannya. Semoga kita dapat mengambil hikmah atas kisah ini. Insya Allah.

Malam itu malam Jumat Kliwon. Penduduk desa beramai-ramai mendatangi sebuah pohon besar yang tumbuh di tepi sungai. Laki-laki, perempuan, tua, muda, datang membawa barang-barang yang akan digunakan untuk ‘sesajen’. Ada nasi tumpeng dengan ayam panggang, rokok, kembang setaman, ayam hitam mulus, kemenyan dan lain-lain.
Syetan telah merasuk ke dalam jiwa dan membelenggu hati mereka dengan keyakinan bahwa pohon besar itu dihuni oleh makhluk halus yang bisa mengabulkan semua keinginan mereka. Sehingga mereka datang memuja-muja makhluk penunggu pohon seraya menyebutkan keinginannya. Ada yang ingin kaya, ada yang ingin gampang jodoh, ada yang ingin laris dagangannya bahkan ada yang ingin kebal senjata. Ada juga yang ingin menanyakan berapa nomor ‘togel’ yang akan keluar, dan masih banyak macam lagi permintaan permintaan lainnya.

Syetan  semakin bersorak gembira karena pengikutnya semakin lama semakin banyak. Lain halnya dengan pak Kyai, seorang tokoh agaman di desa itu yang semakin jengah dengan kemusyrikan yang dilihatnya setiap hari. “Kasihan. Mereka tidak tahu bahwa iblis telah memperdaya mereka. Mereka akan dijadikan teman iblis dalam neraka. Aku tidak boleh tinggal diam. Satu-satunya cara adalah …menebang pohon itu! Aku harus menebang pohon itu!”
Selesai shalat subuh pak Kyai mengayunkan kaki dengan memanggul kapak besar di pundaknya menuju tempat pohon besar itu berada. Raja Syetan  yang sengaja tinggal di pohon itu tiba-tiba terperanjat, matanya silau dengan kilauan logam kapak pak Kyai yang ditimpa sinar matahari pagi.
“Hah?!!! Ada orang membawa kapak mendatangi pohonku! Gawat!
 Hawanya lain.. dia orang yang berilmu…Aku harus waspada!”
Atas kehendak Allah pak Kyai memiliki kemampuan melihat dan berbicara dengan makhluk halus. Sehingga dengan mudah ia dapat berkomunikasi dengan penunggu pohon itu.
 “Hai Syetan ! Pergilah! Aku akan menebang pohon ini karena telah banyak menyesatkan manusia”
“Aku tidak akan membiarkanmu menebang pohon ini!”

“Tidak peduli! Aku akan menebangnya!” Tiba-tiba si raja Syetan itu  mencekik leher pak Kyai. Tak mau kalah, pak Kyai memegang leher Syetan.
Perkelahian tidak bisa dihindarkan, keduanya bergumul saling banting. Cukup lama keduanya berkelahi sampai akhirnya pak Kyai membanting si raja Syetan  hingga tersungkur ke tanah, dadanya diinjak.   Dan  si raja Syetanpun  tak berkutik lagi.
“Baiklah. Aku kalah. Aku tidak akan menghalangimu lagi menebang pohon ini”. Pak Kyai melepas syetan dan membiarkannya pergi. Namun ia merasa sangat lelah. Tenaganya terkuras habis adalam perkelahian tadi. Jangankan menebang pohon, mengayunkan kapak pun rasanya sudah tidak kuat lagi. Akhirnya ia memutuskan untuk pulang beristirahat. Ia berharap esok hari dapat menebang pohon dengan kondisi yang segar.

Keesokan harinya pak Kyai kembali memikul kapak dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda. Namun tak disangka-sangka,  si raja Syetan  kembali datang menghalangi sehingga terjadilah perkelahian yang lebih seru dari sebelumnya. Lagi-lagi Syetan  dibuat bertekuk lutut di kaki pak Kyai dan berjanji tidak akan menghalangi lagi. Karena kehabisan tenaga, pak Kyai tidak mampu menebang pohon saat itu. Ia kembali pulang beristirahat untuk memulihkan tenaganya. Ia akan menebang pohon itu esoknya.
Pagi-pagi pak Kyai kembali memanggul kapak. Dari kejauhan ia kembali melihat syetan sedang berdiri bersandar di pohon. Raut mukanya kali ini tidak beringas seperti dua hari sebelumnya. Si raja Syetan ini sepertniya yakin bahwa tidak mungkin bisa mengalahkan manusia yang kuat aqidahnya dengan cara bertarung fisik. Satu-satunya cara adalah dengan menggunakan ‘tipu daya’ .   
Dengan lemah lembut Syetan  itu berkata. “Wahai Kyai…Tahukah kau mengapa aku mencegahmu untuk menebang pohon itu? Aku khawatir dan kasihan kepadamu. Walaupun pohon itu sudah ditebang, belum tentu mereka akan sadar. Bahkan mereka akan membencimu dan mencari pohon lain untuk disembah. Sia-sia kan usahamu? Nah.. karena kau telah mengalahkan aku, sekarang aku ingin membantumu memberantas kemusyrikan di desa ini. Sementara jangan tebang dulu pohon itu. Aku akan memberimu uang lima juta setiap hari. Dengan uang itu hidupmu akan tercukupi. Kau juga bisa membagi-bagikan uang itu kepada orang-orang duafa’. Kau bisa membangun masjid yang indah sehingga orang-orang menaruh simpati kepadamu dan kau bisa lebih mudah mengajak mereka kembali beribadah kepada Allah. Bukankah tujuanmu mengajak sebanyak-banyaknya orang agar mau beribadah kepada Allah?”
Pak Kyai merasa apa yang diucapkan Syetan itu masuk akal juga. Tipu daya si Raja Syetan  telah merasuk ke dalam banaknya. Pak Kyai berharap memerangi kemusyrikan dengan cara persuasif, pendekatan secara halus, akan membuahkan hasil daripada dengan cara yang frontal.

“Bagaimana caranya aku bisa mendapatkan uang yang kau janjikan itu? Apakah perkataanmu bisa dipercaya?”
“Lihat saja besok pagi di bawah bantalmu. Kalau tidak ada, kau boleh menebang pohon itu”
“Baiklah. Tapi awas kalau ingkar janji, kau tidak akan bisa menghalangiku menebang pohon itu”

Pak Kyai pulang ke rumahnya sambil berangan-angan bahwa besok pagi ia akan mendapatkan uang lima juta di bawah bantal. Keesokan harinya dengan hati berdebar pak Kyai membuka bantalnya…

“Haahh? Uang seratus-ribuan! Lima puluh lembar!” Walau begitu pak Kyai masih ragu apakah uang itu asli atau palsu. Ketika ia mencoba membelanjakan uang tersebut ternyata asli! Para pedagang menerima pembayaran uang itu.
“Alhamdulillah…aku akan membagi-bagikan pada fakir miskin. Bukankah besok aku dapat uang lagi”.
Pak Kyai mulai sibuk menghitung yang ia terima lima juta setiap hari. Rencana-rencana pun mulai ia susun. “Tiga hari lima belas juta. Sebulan seratus lima puluh juta. Aku akan beli mobil, motor, membangun rumah dan membangun masjid terindah di desa ini”. Menjelang tidur angan-angan pak Kyai berkelana.
Ia membayangkan masjid yang dibangunnya dipenuhi orang-orang untuk beribadah. Mereka berebut menyalami dan berfoto dengannya, mengelu-elukan kyai kaya yang dermawan. Ia akan  tertidur pulas dengan senyum tersungging.
Sementara si Raja Syetan  menari-nari karena telah berhasil menjebak pak Kyai.
Di suatu pagi, pak Kyai terkejut manakala dibalik bantalnya tidak ada lagi uang sama sekali.
“Mana uang itu..?! Betul-betul tidak bisa dipercaya ! Dasar Syetan !   Gagal rencanaku membangun masjid! Kutebang saja pohon itu. Biar tau rasa!” Dengan muka merah padam menahan amarah, pak Kyai bergegas menuju pohon besar itu. “Kali ini tidak ada kompromi..”

“Mau kemana pak Kyai?” Pak Kyai terkejut mendengar sapaan  Raja Syetan
“Aku mau menebang pohonmu! Minggir!”
“Tak akan kubiarkan. Ayo hadapi aku!”  Perkelahian antara pak Kyai dan Raja Syetanpun  tidak terelakkan lagi. Keduanya sama-sama mengeluarkan jurus-jurus andalan. Kali ini pak Kyai kuwalahan menahan serangan-serangan Syetan.
Ia pun tersungkur bertekuk lutut di bawah kaki raja Syetan. Ia berteriak-teriak minta ampun, tetapi Syetan  terus menginjak dadanya. Dengan congkak raja Syetanpun berkata,“Hai manusia sombong! Mana kekuatanmu!”

“Wahai si Raja Syetan ! Kenapa kau bisa mengalahkan aku?”
“Hahaha.. Kali ini kau ingin menebang pohon gara-gara tidak ada uang di bawah bantalmu. Ketika kau marah karena membela hukum atau aqidah Tuhanmu, maka kau berada dalam genggaman Allah, sehingga aku tidak bisa mengalahkanmu.
Tapi ketika kau marah karena mengikuti hawa nafsu demi kepentingan dirimu sendiri, maka kau lepas dari genggaman Allah. Kau bagai biri-biri yang tak peduli ditinggalkan gembalanya karena asyik terpikat menikamati rumput yang hijau. Maka leluasalah aku mengalahkanmu..Hahaha!
Engkau datang kembali untuk menebang pohon bukan karena ingin menegakkan Agama Allah, namun kamu datang ingin menebang Pohon karena kamu marah disebabkan aku tidak memberimu uang, sehingga sekarang kamu sangat mudah aku kalahkan.
Pergi sana! Jangan ganggu pohonku lagi!”

Maka dengan gontai pak Kyai pulang sambil menyesali kelengahannya sehingga begitu mudah ia terperangkap oleh tipu daya Syetan terkutuk . “Oohh bodohnya aku…Sungguh licik dan halus tipu daya Syetan,   Kupikir kalau sudah tenjadi kyai tidak akan mudah terkecoh.   Aku telah takabur sehingga lengah mau bekerja sama dengan Syetan.  Pelajaran berharga untukku aku harus selalu waspada dan tak akan berhubungan dengan Syetan dan pengikutnya dalam hal apapun! ”

Kesimpulannya :

Ketika kita melangkah karena keyakinan kita Kepada Allah Swt, maka kita akan kuat,
Namun ketika kita melangkahkan kaki karena nafsu, maka kita sangat mudah dikuasai oleh syaitan yang terkutuk.
Sungguh tipu daya syaitan itu sangat licik, syaithan adalah musuh yang nyata bagi manusia, maka berhati-hatilah.



Kamis, 20 Juni 2013

MENYAMBUT MALAM NIFSU SYA'BAN



Menyambut Malam Nisfu Sya'ban
Oleh : pak Agus Balung

Sebentar lagi tepat pada hari Ahad, tanggal 23 Juni 2013, bertepatan dengan 14 Syaban 1434 H. merupakan malam kelima belas dari bulan Syaban. Dalam tradisi masyarakat Islam khususnya di Indonesia malam itu sering disebut dengan “malam nisfu syaban” yang artinya malam pertengahan bulan syaban yaitu malam kelima belas.

“Syaban” sebagai salahsatu nama bulan dalam kalender hijriah mempunyai arti “berkelompok” (biasanya bangsa Arab berkelompok mencari nafkah pada bulan itu). Sya’ban termasuk bulan yang dimuliakan oleh Rasulullah Saw. selain bulan yang empat, yaitu Dzulqa'dah, Dzulhijjah, Muharram, dan Rajab.

Salahsatu pemuliaan Rasulullah Saw. terhadap bulan Syaban ini adalah beliau banyak berpuasa pada bulan ini. Hal tersebut dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam al-Nasa'i dan Abu Dawud dan disahihkan oleh Ibnu Huzaimah yang artinya :
"Usamah berkata pada Rasululllah Saw., 'Wahai Rasulullah, saya tak melihat Rasul melakukan puasa (sunat) sebanyak yang Rasul lakukan dalam bulan Sya'ban.' Rasul menjawab: 'Bulan Sya'ban adalah bulan antara Rajab dan Ramadan yang dilupakan oleh kebanyakan orang.’”
Selain itu, menurut Rasulullah Saw pada bulan ini pula yaitu pada malam nisfu sya’ban (malam kelima belas) seluruh amal perbuatan manusia diangkat kepada Allah Swt. Sehingga Rasulullah Saw berharap ketika amal perbuatanya diangkat kepada Allah Swt maka Rasul dalam keadaan puasa. Hal tersebut dijelaskan dalam hadits Nabi yang diriwayatkan oleh al-Nasa’i yang artinya : “Bulan itu (Sya‘ban) berada di antara Rajab dan Ramadhan adalah bulan yang dilupakan manusia dan ia adalah bulan yang diangkat padanya amal ibadah kepada Tuhan Seru Sekalian Alam, maka aku suka supaya amal ibadah ku di angkat ketika aku berpuasa”. ( HR. al-Nasa’i)


Keutamaan Malam Nisfu Syaban

Keutamaan malam Nisfu Sya‘ban sebagaimana dijelaskan dalam hadits shahih dari Mu‘az bin Jabal Radhiallahu ‘anhu, bersabda Rasulullah Saw. yang artinya: “Allah menjenguk datang kepada semua makhlukNya di Malam Nisfu Sya‘ban, maka diampuni segala dosa makhlukNya kecuali orang yang menyekutukan Allah dan orang yang bermusuhan.” (HR. Ibnu Majah, at-Thabrani dan Ibnu Hibban)

Begitu juga dalam hadits lain yang diriwayatkan oleh ‘Aisyah RA., beliau berkata: "Suatu malam Rasulullah Saw shalat, kemudian beliau bersujud panjang, sehingga aku menyangka bahwa Rasulullah Saw telah diambil, karena curiga maka aku gerakkan telunjuk beliau dan ternyata masih bergerak. Setelah Rasulullah Saw. selesai shalat beliau berkata: "Hai ‘Aisyah engkau tidak dapat bagian?". Lalu aku menjawab: "Tidak ya Rasulullah, aku hanya berfikiran yang tidak-tidak (menyangka Rasulullah telah tiada) karena engkau bersujud begitu lama". Lalu Rasulullah Saw. bertanya: "Tahukah engkau, malam apa sekarang ini?”. "Rasulullah yang lebih tahu", jawabku. "Malam ini adalah malam nisfu Sya'ban, Allah mengawasi hambanya pada malam ini, maka Ia memaafkan mereka yang meminta ampunan, memberi kasih sayang mereka yang meminta kasih sayang dan menyingkirkan orang-orang yang dengki" (HR. Baihaqi).
Menurut perawinya hadits ini mursal (ada rawi yang tidak sampai ke Sahabat), akan tetapi hadits ini cukup kuat.

Malam Nisfu Sya‘ban juga termasuk malam-malam yang dikabulkan doa. Imam asy-Syafi‘i dalam kitabnya al-Umm, berkata: “Telah sampai pada kami bahwa dikatakan: sesungguhnya doa dikabulkan pada lima malam, yaitu :  malam Jum’at,  malam hari raya Idul Adha,  malam hari raya ‘Idul fitri,  malam pertama di bulan Rajab, dan  malam Nisfu Sya‘ban.”


Menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban

Malam Nisfu Sya‘ban (malam kelima belas pada bulan Syaban) merupakan malam yang penuh rahmat dan ampunan dari Allah Swt. Untuk itu, kita dianjurkan bahkan disunnahkan untuk menghidupkan malam ini. Adapun cara menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban sebagaimana yang dilakukan sekarang ini tidak berlaku pada zaman Rasulullah Saw dan zaman para sahabat. Akan tetapi hal ini berlaku pada zaman thabi‘in (zaman setelah para sahabat) dari penduduk Syam. Imam al-Qasthalani dalam kitabnya al-Mawahib al-Ladunniyah, berkata, “bahwa para tabi‘in daripada penduduk Syam seperti Khalid bin Ma‘dan dan Makhul, mereka beribadah dengan bersungguh-sungguh pada Malam Nisfu Sya‘ban. Maka dengan perbuatan mereka itu, mengikutlah orang banyak untuk membesarkan malam tersebut.” 

Para tabi‘in menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban dengan dua cara, yaitu :
 1) Sebagian mereka hadir beramai-ramai ke masjid dan berjaga di waktu malam (qiyamullail) untuk shalat sunat dengan memakai harum-haruman, bercelak mata dan berpakaian yang terbaik; 2) Sebagiannya lagi melakukannya dengan cara bersendirian. Mereka menghidupkan malam tersebut dengan beribadah seperti shalat sunat dan berdoa dengan cara sendirian.


Adapun cara kita sekarang ini menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban dengan membaca Al-Qur'an seperti membaca surah Yasin, berzikir dan berdoa dengan berhimpun di masjid-masjid atau di rumah-rumah sendirian atau berjamaah adalah tidak jauh berbeda dengan apa yang dilakukan oleh para tabi‘in itu.

Dalam hadits Ali Ra., Rasulullah Saw. bersabda: "Malam nisfu Sya'ban, maka hidupkanlah dengan shalat dan puasalah pada siang harinya, sesungguhnya Allah turun ke langit dunia pada malam itu, lalu Allah berfirman: "Orang yang meminta ampunan akan Aku ampuni, orang yang meminta rizqi akan Aku beri dia rizqi, orang-orang yang mendapatkan cobaan maka aku bebaskan, hingga fajar menyingsing." (HR. Ibnu Majah dengan sanad lemah).

Ulama berpendapat bahwa hadits lemah dapat digunakan untuk Fadlail A'mal (keutamaan amal). Walaupun hadits-hadits tersebut tidak sahih, namun melihat dari hadits-hadits lain yang menunjukkan kautamaan bulan Sya'ban dapat diambil kesimpulan bahwa Malam Nisfu Sya'ban jelas mempunyai keuatamana dibandingkan dengan malam-malam lainnya.


Amalan-Amalan dalam Malam Nisfu Sya‘ban

Untuk menghidupkan Malam Nisfu Sya‘ban dapat kita lakukan dengan berbagai cara, tapi hal-hal tersebut dilakukan dengan cara-cara yang baik yang tiak bertentangan denga syraiat.

Di antara hal yang dianggap bid‘ah dan bertentangan denga syariah oleh sebagaian ulama dalam malam nisfu sya’ban itu adalah shalat sunat Nisfu Sya‘ban.  Menurut sebagian ulama, shalat sunat nisfu sya’ban sebenarnya tidak tsabit, tidak kuat dasar hukumnyadan dan tidak ada dalam ajaran Islam. Seperti Imam an-Nawawi dan Imam Ibnu Hajar telah menafikan adanya shalat sunat Nisfu Sya‘ban. Karena menurut beliau suatu shalat itu disyariatkan cukup sandarannya pada nash Al-Qur'an atau pada hadits nabi.


Jika seseorang itu masih juga ingin melakukan shalat pada malam nisfu sya’ban, maka sebaiknya dia mengerjakan shalat-shalat sunat lain seperti sunat Awwabin (di antara waktu maghrib dan Isya'), shalat Tahajjud diakhiri dengan shalat Witir atau shalat sunat Muthlaq bukan khusus shalat sunat Nisfu Sya‘ban.   Shalat sunat Muthlaq ini boleh dikerjakan kapan saja, baik pada Malam Nisfu Sya‘ban atau pada malam-malam lainnya.


Tapi ulama lain seperti Imam al-Ghazali dalam kitabnya al-Ihyaa’ (Juz 1 hal. 210) menyatakan bahwa shalat malam nisfu sya’ban adalah sunat dan hal itu dilakukan pula oleh para ulama salaf. Bahkan para ulama salaf menamakan shalat tersebut sebagai shalat khair (shalat yang baik). Begitu juga ulama-ulama lain seperti al-Allamah al-Kurdi. Selain dalam kitab al-Ihyaa’ juga dalam kitab-kitab lain seperti Khaziinah al-Asraar (hal. 36), al-’Iaanah (Juz 1 hal. 210), al-Hawaasyi al-Madaniyyah (Juz 1 hal. 223), dan al-Tarsyiih al-Mustafiidiin (hal. 101).


Nah, terlepas dari ‘kontroversi’ tentang amalan-amalan pada malam nisfu syaban khususnya tentang shalat nisfu sya’ban yang dianggap bid’ah oleh sebagian ulama dan dianggap sunat oleh ulama lain, maka kita sangat dianjurkan untuk meramaikan malam Nisfu Sya'ban dengan cara memperbanyak ibadah, salat, zikir membaca al-Qur'an, berdo'a dan amal-amal shalih lainnya seperti puasa pada siang harinya sebagaiman dicontohkan Rasulullah Saw. sehingga kita tidak termasuk orang-orang yang lupa akan kemuliaan bulan sya’ban ini.
 Wallah a’lam bishawab