Oleh : pak
Agus
Allah telah menegaskan dalam firman-Nya, “(Dialah Allah) yang Maha Mengetahui
yang ghaib, maka Dia tidak memperlihatkan kepada seorang pun tentang yang ghaib
itu, kecuali kepada rasul yang diridhai-Nya”. (QS. Al-Jin: 26-27). Sehingga di
ayat yang lain Rasulullah diperintahkan oleh Allah untuk mengakui akan
ketidaktahuannya tentang keghaiban, kecuali yang sudah diwahyukan Allah
kepadanya, “Dan sekiranya aku mengetahui yang ghaib, tentulah aku membuat
kebajikan sebanyak-banyaknya. Dan aku tidak akan ditimpa kemudharatan. Aku
tidak lain hanyalah pemberi peringatan, dan pembawa berita gembira bagi
orang-orang yang beriman”. (QS. Al-A’raf: 188).
Berdasarkan ayat tersebut, kita bisa
menyimpulkan bahwa yang paling tahu kehidupan alam ghaib hanyalah Allah,
termasuk kehidupan jin dan syetan. Sebetulnya Rasulullah sendiri –makhluk yang
paling dekat dan paling bertaqwa kepada Allah-, juga tidak tahu akan hal yang
ghaib. Beliau tahu yang ghaib sebatas apa yang diberitahukan oleh Allah
kepadanya melalui wahyu yang beliau terima. Sehingga kita tidak boleh sok tahu
akan hal-hal yang ghaib. Kalau berbicara hal yang ghaib, ikutilah sumber wahyu
yang ada (al-Qur’an dan al-Hadits) agar kita tidak tersesat, dan iman kita
terhadap yang ghaib tidak salah.
Mitos Yang Harus Segera Diluruskan
Yang kita maksud dari mitos di sini
adalah informasi tentang kehidupan jin yang tidak sesuai syari’at Islam. Yang
selama ini menjadi opini ghaib dan wacana mistik yang mayoritas masyarakat kita
meyakini akan kebenarannya. Padahal mitos itu tidak benar adanya. Akibat dari
keyakinan pada mitos yang salah itu, keimanan kita pada yang ghoib, terutama
tentang kehidupan jin jadi menyimpang dari syari’at Islam. Lalu dari kesalahan
itu melahirkan penyimpangan prilaku dan perbuatan. Akhirnya ia takut pada
sesuatu yang tidak pada tempatnya. Lebih takut kepada jin dan syetan daripada
takut kepada Yang menciptakan mereka, yaitu Allah.
Jin adalah bagian dari makhluk ghaib. Dan beriman kepada yang ghaib adalah
bagian dari karakter dan sifat seorang mukmin yang bertaqwa (QS. al-Baqoroh:
1-5). Kalau keimanan seorang mukmin itu salah, maka akan terjadi kecacatan
(kesalahan) dalam keimanannya. Berikut keyakinan yang salah kaprah (mitos yang
tak perlu dibenarkan) dan sudah mewabah di masyarakat, serta diblow-up di berbagai
macam media massa –cetak atau elektronik- yang harus segera diluruskan agar
tidak merusak iman kita, atau kaum muslimin pada khususnya.
1. Jin tidak takut kepada manusia
Siapa yang berkeyakinan atau
mengatakan bahwa jin tidak takut pada manusia, itu adalah pernyataan yang salah
kaprah. Karena sesungguhnya jin itu sangat takut kepada manusia, melebihi
ketakutan manusia kepadanya. Hanya saja, karena manusia sudah menjatuhkan
martabatnya, sering menghamba kepda jin dan minta pertolongan serta perlindungan
kepadanya, akhirnya jin besar kepala (sombong), dan manusia jadi bernyali ciut
sehingga dihantui ketakutan kepada jin, melebihi ketakutannya kepada Allah.
Allah berfirman, “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka
jin-jin itu menambah mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6).
Dalam kitab-kitab tafsir disebutkan, kronologi turunnya ayat tersebut (asbabun
nuzul) adalah karena kebiasaan para saudagar di zaman Jahiliyah yang bila
melalui lembah atau bukit, selalu minta perlindungan (permisi) kepada Jin
penghuni lembah tempat tersebut. Mereka taku kalau tidak melakukan itu,
hidupnya akan celaka. Padahal sebenarnya para Jin lembah itu takut saat mereka
mau lewat. Mereka jadi sombong atas manusia.
2. Jin tidak bisa mati atau dibunuh
Siapa yang mengatakan bahwa jin
tidak bisa dibunuh, berarti ia telah berbohong dan mendustakan syari’at Islam.
Karena syari’at Islam sendiri menyatakan bahwa jin itu bisa mati seperti manusia.
Yang diberi tangguh atau dipanjangkan umurnya sampai datang kiamat hanyalah
Iblis, bagian dari jin, bukan jin secara keseluruhan.
Al-Qur’an mengisahkan: “Iblis berkata, “Beri tangguhlah saya sampai waktu
mereka dibangkitkan”. Allah berfirman, “Sesungguhnya kamu termasuk mereka yang
diberi tangguh.” (QS. al-A’raf: 14-15).
Rasulullah pernah berucap dalam lantunan do’anya, “Aku berlindung dengan
Kemuliaan-Mu, tiada Tuhan selain Engkau, yang tidak akan mati. Sedangkan jin
dan manusia semuanya akan mati.” (HR. Bukhari).
3. Jin yang menampakkan diri tidak bisa disakiti
Kebohongan publik yang sering
dilakukan media massa adalah, pernyataan bahwa Jin yang menampakkan diri dalam
kehidupan nyata manusia tidak bisa disakiti. Kalau kita melakukan perlawanan,
pasti akan sia-sia. Penampakkan jin dikesankan sebagai sosok sakti yang tak
akan tersakiti, apalagi mati. Itu kedustaan terhadap apa yang telah dikabarkan
Rasulullah.
Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya di Madinah ini ada jin yang telah masuk
Islam. Oleh sebab itu, jika kalian melihat salah satu dari mereka, maka
biarkanlah (izinkanlah) tiga hari. Jika setelah itu masih terlihat, maka
bunuhlah karena ia adalah syetan.” (HR. Muslim).
4. Jin mengetahui semua keghaiban
Banyak manusia yang masih percaya
bahwa para dukun itu punya koneksi dengan jin, padahal hakikatnya tidaklah
begitu. Ada juga dukun palsu, alias pura-pura saja. Jika ada dukun yang
diyakini bisa berteman dengan Jin, maka mereka yakin bahwa dukun itu tahu akan
segala macam keghaiban, termasuk tentang nasib dan masa depan mereka, dan yang
lain sejenisnya. Mereka yakin bahwa jin itu tahu segala macam hal-hal yang
ghaib.
Ternyata keyakinan itu salah besar. Meskipun Jin itu makhluk ghaib, mereka
tidak mengetahui semua yang ghaib. Pengetahuan mereka juga terbatas. Jin
mengakui sendiri akan kelemahannya, tidak mengetahui sergala jenis keghaiban
termasuk nasib manusia di bumi ini, “Dan sesungguhnya kami tidak mengetahui
apakah keburukan yang dikehendaki bagi orang yang di bumi, ataukah Tuhan mereka
menghendaki kebaikan bagi mereka”. (QS. Al-Jin: 10).
Kemudian di ayat lain, Allah berfirman, “Maka tatkala Kami telah menetapkan
kematian Sulaiman, tidak ada yang menunjukkan kepada mereka kematiannya itu
kecuali rayap yang memakan tongkatnya. Maka tatkala ia telah tersungkur, jin
baru mengetahuinya. Kalau sekiranya mengetahui hal yang ghaib tentulah mereka
tidak tetap dalam siksa yang menghinakan”. (QS. Saba’: 14).
5. Jin takut kepada benda keramat atau jimat
Sering digambarkan di media massa
bahwa Jin atau syetan akan takut dan lari terbirit-birit saat melihat jimat
atau benda keramat lainnya. Bahkan kadang diinformasikan Jin itu terbakar saat
mendekat atau memegangnya. Itu adalah kedustaan yang dilakukan oleh para dukun
(agen-agen syetan) agar jimat buatan mereka laris manis. Dan sebenarnya tidak
begitu.
Allah-lah yang paling paham tentang apa saja yang disukai jin atau yang
ditakutinya, karena Dialah yang telah menciptakan mereka. Tidak ada satu ayat
pun atau hadits Rasulullah yang menjelaskan bahwa jin takut pada jimat, isim,
wifiq, rajah atau benda-benda pusaka lainnya. Justru yang diberitakan oleh
syari’at Islam adalah syetan takut terhadap bacaan ayat-ayat suci atau
do’a-do’a Rasulullah.
Misalnya sabda Rasulullah, “Sesungguhnya syetan pergi dan kabur dari rumah yang
di dalamnya dibacakan surat al-Baqarah”. (HR. Muslim, dari Abu Hurairah). Atau
hadits lain, “Apabila kamu hendak tidur di pembaringan, bacalah ayat kursi
sampai tuntas, karena Allah senantiasa menjagamu dan syetan tidak akan
mendekatimu sampai pagi”. (HR. Bukhari, dari Abu Hurairah).
6. Jin hanya bisa dikalahkan oleh dukun atau orang pintar
Kesesatan lain yang harus diluruskan
adalah keyakinan banyak masyarakat akan kesaktian sosok manusia yang disebut
dukun. Banyak orang yang yakin bahwa gangguan dan kejahatan syetan hanya bisa
dikalahkan oleh kekuatan dukun. Sehingga mereka larinya selalu ke dukun bila
ada orang yang kesurupan jin atau diganggu syetan. Itu opini sesat yang harus
segera diralat.
Ketahuilah bahwa Jin atau syetan hanya takut kepada Allah dan orang-orang
mukmin yang shalih yang banyak berdzikir. Kalau ada jin (syetan) takut pada
dukun, itu hanya acting (pura-pura) agar kita selalu pergi ke dukun, dengan
begitu kita akan masuk dalam perangkap syetan. Padahal datang ke dukun adalah
perbuatan yang diharamkan.
Rasulullah bersabda, “...Dan aku perintahkan kalian untuk dzikir kepada Allah
yang banyak. Perumpamaan orang yang banyak dzikir itu seperti orang yang
dicari-cari dan dikejar oleh musuh. Lalu ia mendapatkan benteng kokoh yang bisa
melindungi dirinya dari kejaran musuh. Begitulah seorang hamba, dia tidak akan
selamat dai gangguan syetan kecuali dengan dzikir kepada Allah.” (HR. Tirmidzi
dan dinyatakan sebagai hadits hasan shahih).
7. Jin muslim bisa dijadikan khadam atau teman
Racun akidah yang berbahaya dan
banyak dihembuskan mereka yang sesat adalah pernyataan bahwa, “Kita boleh
berteman atau minta bantuan kepada jin yang muslim”. Padahala tidak ada satupun
perintah syari’at yang membolehkan kita untuk minta bantuan Jin. Bahkan malah
sebaliknya, kalau kita minta bantuan jin maka dosa dan kesalahan kita semakin
bertambah. Di sisi lain, jin itu makhluk ghaib, tidak bisa kita lihat wujud
aslinya. Bagaimana kita bisa membedakan antara yang muslim dengan yang kafir.
Kalaupun dia muslim, kita tidak tahu apakah ia muslim yang shalih, atau yang
munafik, fasik atau murtad. Bisa saja dia aslinya kafir, lalu berubah wujud dan
menampakkan diri sebagai muslim shalih, bahkan sosok ustadz atau kyai.
Sebagaimana actingnya para pemain sinetron dalam dunia manusia.
Al-Qur’an menceritakan pengakuan jin, “Dan sesungguhnya di antara kami ada
orang-orang yang shalih, dan di antara kami ada (pula) yang tidak demikian
halnya. Adalah kami menempuh jalan yang berbeda-beda.” (QS. al-Jin: 11).
Allah berfirman, “Dan bahwasannya ada beberapa orang laki-laki di antara
manusia meminta perlindungan kepada beberapa laki-laki di antara jin, maka
jin-jin itu menambah mereka dosa dan kesalahan.” (QS. al-Jin: 6).
8. Jin tidak bisa menyakiti manusia
Ada orang bilang bahwa Jin itu tidak
bisa menyakiti manusia secara fisik, mereka hanya bisa mengganggu manusia
secara non fisik. Sungguh, itu merupakan pernyataan yang salah. Jin bisa
menyakiti manusia secara fisik, bahkan bisa membunuh dengan amarah dan
dendamnya. Hanya saja kemampuan mereka umtuk melakukan hal itu terbatas.
Dibatasi oleh kehendak Allah. Kalau Allah menghendaki kita celaka atau mati
karena ulah jin, maka terjadilah. Kalau Dia tidak menghendaki, Jin manapun
tidak bisa mencelakakan kita. Sehingga kita terkadang melihat orang yang kena
santet (sihir), akhirnya mati dengan tragis dan misterius.
Al-Qur’an telah menceritakan bahwa Allah telah memberi izin ke Jin (syetan)
untuk menyakiti Nabi Nuh ‘alaihis salam. Allah berfirman, “Dan ingatlah akan
hamba Kami Ayyub ketika ia menyeru Tuhannya, ‘Sesungguhnya aku diganggu syetan
dengan kepayahan dan siksaan’. Allah berfirman, ‘Hantamkanlah kakimu, inilah
air yang sejuk untuk mandi dan untuk minum. Dan Kami anugerahi dia (dengan
mengumpulkan kembali) keluarganya dan (Kami tambahkan) kepada mereka sebanyak
mereka pula sebagai rahmat dari Kami dan pelajaran bagi orang-orang yang
mempunyai pikiran.” (QS. Shad: 41-43).
9. Jin bisa dilihat manusia dalam bentuk aslinya
Ini termasuk penyesatan yang fatal.
Banyak orang meyakini bahwa ada manusia khusus –selain nabi dan rasul- yang
bisa melihat jin dalam bentuk aslinya, bahkan mereka bisa masuk ke astral Jin
dan memantau kehidupan mereka. Itu keyakinan yang sesat, bertentangan dengan
syari’at. Yang benar, tidak ada seorangpun –selain nabi dan rasul yang bisa
melihat jin dalam bentuk aslinya-. Kalau ada yang mengaku bisa melakukan hal
itu, itu bohong. Kalaupun dia telah masuk ke alam Jin, itu bukan alam mereka
sebenarnya, tapi tipuan dan ilusi saja.
Allah telah berfirman, “Sesungguhnya ia (syetan) dan pengikut-pengikutnya
melihat kalian dari suatu tempat yang kalian tidak bisa meliahat mereka."
(QS. al-A’raf: 27). Ayat tersebut dengan jelas dan gamblang memberitahukan
kepada kita semua bahwa makhluk halus (jin) dalam bentuk aslinya tidak bisa
dilihat oleh mata atau ditangkap oleh kamera. Keculai kalau jin tersebut
menampakkan diri.
Rasulullah bewrsabda, “Jika kalian mendengar lolongan anjing dan ringkikan
keledai di malam hari, maka berlindunglah kepada Allah dari kejahatan syetan.
Karena mereka (binatang tersebut) melihat apa yang tidak bida kalian lihat.”
(HR. Abu Daud).
Maka dari itu Ibnu Hajar berkata, “Sesungguhnya syetan bisa menampakkan diri
dan melakukan penyerupaan yang bisa kita lihat wujudnya. Sedangkan firman Allah
pada surat al-A’raf ayat 27, berlaku apabila jin dalam wujud asli
penciptaannya.” (Kitab Fathul Bari: 9/ 55).
10. Jin disamakan dengan roh manusia yang telah keluar dari jasad
Termasuk keyakinan salah yang harus
diluruskan adalah adanya roh gentayangan. Mereka meyakini bahwa roh orang yang
mati tragis, terzhalimi atau tertindas, atau tidak wajar, maka rohnya akan
gentayangan. Mereka sangat yakin, kalau ada orang yang telah meninggal secara
tidak wajar, lalu di hari-hari berikutnya ada penampakan sosok orang tersebut,
maka disimpulkan bahwa itu adalah roh yang gentayangan. Itu kesimpulan
sesat-menyesatkan.
Roh orang yang telah mati, secara wajar atau tidak wajar, baik itu orang mukmin
atau kafir, orang shalih atau brengsek, semuanya akan berada di alam barzakh
(alam transit antara dunia dan akhirat). Di situ mereka akan merasakan adzab
kubur atau nikmat kubur, tidak ada yang lepas lalu bergentayangan. Lalu siapa
yang gentayangan, itu adalah jin (syetan) yang menampakkan diri dan menyerupai
orang yang telah mati tersebut.
Allah berfirman, “Dan mereka bertanya kepada-mu (Muhammad) tentang ruh.
Katakanlah, ruh itu termasuk urusan Tuhan-ku, dan tidaklah kalian diberi
pengetahuan melainkan sedikit." (QS. Al-Isra’: 85). Rasulullah juga
bersabda, “Tidaklah ada seorang di antara kalian kecuali disertakan untuknya
qorin dari jin dan qorin dari malaikat.” (HR. Muslim dan Ahmad dari Ibnu
Mas’ud).
Dalam ayat lain Allah berfirman, "Allah memegang jiwa (orang) ketika
matinya dan (memegang) jiwa (orang) yang belum mati di waktu tidurnya. Maka Dia
tahanlah jiwa (orang) yang telah Dia tetapkan kematiannya dan Dia melepaskan
jiwa yang lain sampai waktu yang ditentukan. Sesungguhnya pada yang demikian
itu terdapat tanda-tanda kekuasaan Allah bagi kaum yang kafir”. (QS. az-Zumar:
42).
Penutup
Marilah kita selalu mengingat pesan
Allah dalam ayat berikut, “Sesungguhnya mereka itu tidak lain hanyalah syetan
yang menakut-nakuti (kamu) dengan kawan-kawannya (orang-orang musyrik Quraisy).
Karena itu janganlah kamu takut kepada mereka, tetapi takutlah kepada-Ku, jika
kamu benar-benar orang yang beriman.” (QS. Ali Imran: 175).
Dan di ayat lain, “Dan jika syetan mengganggumu dengan suatu gangguan, maka
mohonlah perlindungan kepada Allah. Sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar
lagi Maha Mengetahui.” (QS. Fushshilat: 36).
Agar kita tidak dijajah oleh mitos yang tidak benar, dan keyakinan kita tidak
salah dalam mengimani yang ghaib lalu melahirkan ketakutan yang salah, maka
gunakanlah al-Qur’an dan al-Hadits sebagai parameternya dalam memahami hal yang
ghaib secara benar.
Wallahu a’lam bisshowab
(dari : berbagai sumber)